Petrokimia Gresik gandeng Unilever Asia dan PT Garam bangun pabrik soda ash



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Petrokimia Gresik bekerja sama dengan PT Garam (Persero) dan perusahaan multinasional Unilever Asia Pte. Ltd. untuk menyukseskan pembangunan pabrik soda ash atau Natrium Karbonat (Na2CO3).

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan secara virtual di dua tempat oleh Direktur Operasi & Produksi Petrokimia Gresik, Digna Jatiningsih dan Direktur Utama PT Garam (Persero) Achmad Ardianto, di Gresik, Indonesia, serta Inorganics Procurement Director Unilever Asia Pte. Ltd., Pratishtha Garg, di Pasir Panjang, Singapura pada Kamis (2/9).

Secara terpisah, Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan bahwa nota kesepahaman ini dalam rangka menjamin ekosistem bisnis rencana pembangunan pabrik soda ash, dimana Petrokimia Gresik akan membeli garam industri sebagai bahan baku soda ash serta bekerjasama dengan Unilever Asia sebagai offtaker yang akan menyerap produk soda ash.


“Kerja sama dengan PT Garam ini merupakan salah satu bentuk sinergi BUMN untuk meningkatkan perputaran perekonomian nasional sesuai dengan arahan pemerintah,” tandas Dwi Satriyo dalam keterangan resminya, Kamis (2/9).

Baca Juga: Ada SE Menperin 5/2021, industri wajib gunakan aplikasi PeduliLindungi

Hal tersebut juga ditegaskan oleh Direktur Utama PT Garam (Persero), Achmad Ardianto yang menyampaikan bahwa perjanjian ini merupakan langkah besar bagi PT Garam untuk mewujudkan rencana jangka panjang dalam berkontribusi menyediakan garam industri yang berkualitas. “Selain itu membangkitkan kepercayaan bagi Unilever untuk mendapatkan produk berkualitas yang disuplai oleh bahan baku dalam negeri yang juga berkualitas,” ujar Achmad.

Lebih lanjut, Dwi Satriyo mengungkapkan bahwa pabrik soda ash berkapasitas 300.000 ton per tahun ini rencananya akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024 dan bakal menjadi yang pertama di Indonesia. Karena itu keberadaan pabrik ini sangat penting dan menjadi terobosan transformatif dalam mendukung kemajuan industri kimia nasional.

Seperti diketahui, soda ash merupakan bahan baku berbagai produk yang banyak kita temui sehari-hari, seperti sabun, deterjen,  kertas, tekstil, keramik, gelas, kaca beserta turunannya dan lain sebagainya. Untuk itu, kebutuhan soda ash di Indonesia sangat tinggi, namun saat ini suplainya 100% masih dipenuhi dari impor.

“Ini menjadi peluang besar, Soda Ash Petrokimia Gresik nantinya akan memenuhi kebutuhan pasar domestik dan tidak menutup kemungkinan juga dapat melayani kebutuhan pasar global," ujar Dwi Satriyo.

Pembangunan pabrik soda ash Petrokimia Gresik menjadi wujud komitmen perusahaan dalam memperkuat industri kimia nasional melalui strategi related diversified industry. Yakni dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk samping menjadi produk baru yang memiliki added value untuk mendukung industri lain. Pabrik ini me-utilisasi produk hilir dari pabrik Amoniak-Urea berupa CO2 yang diolah menjadi soda ash.

Baca Juga: Astra International (ASII) berharap penjualan membaik di tengah pelonggaran PPKM

“Dengan demikian, soda ash yang diproduksi Petrokimia Gresik lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku CO2 yang berasal dari proses reaksi kimia dalam pembuatan pupuk Urea, bukan berasal dari pembakaran (combustion) bahan bakar fosil. Ini sejalan dengan prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE),” tandas Dwi Satriyo

Sedangkan, produk samping pabrik soda ash berupa Ammonium Klorida (NH4CL) dapat digunakan sebagai bahan baku NPK, sehingga dapat mengurangi kebutuhan ZA impor untuk bahan baku NPK. "Melalui program hilirisasi ini diharapkan Petrokimia Gresik akan semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, sekaligus memperkuat industri kimia sebagai penggerak ekonomi nasional," tandasnya.

Selanjutnya: PMI Manufaktur dan Inflasi Agustus membaik, pemulihan ekonomi akan terus diperkuat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi