KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjaga ketahanan pangan nasional merupakan tantangan Petrokimia Gresik dalam menghadapi tantangan di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, perusahaan pelat merah ini telah menyiapkan strategi untuk mendukung ketahanan pangan tersebut melalui penyediaan solusi bagi agroindustri menuju pertanian berkelanjutan. Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi mengatakan, pihaknya sudah melakukan transformasi sejak 2019 dan itu sudah menjadi katalisator. Transformasi terbaru dilakukan dengan meluncurkan inovasi Phonska OCA yakni gabungan pupuk majemuk NPK dengan pupuk organik dalam bentuk cair, serta diperkaya mikroba.
"Ini merupakan produk organik yang diproduksi sepenuhnya dengan 100% bahan baku dalam negeri sehingga mampu mengurangi ketergantungan pada sumber hara impor," kata Rahmad dalam keterangan resminya, Jumat (10/7). Rahmad bilang, Petrokimia gencar melakukan transformasi sejak berdiri tahun 1972. Mulai dari memproduksi pupuk tunggal berbasis Nitrogen dan Fosfat, pupuk majemuk NPK pertama di Indonesia dengan basis chemical reaction, pupuk organik dengan kandungan C-Organik 12,5%, pupuk hayati, kemudian berkembang ke beragam produk pengembangan seperti benih, pengendalian hama, probiotik, kapur pertanian, dekomposer, sejumlah produk olahan pertanian, serta beragam produk kimia untuk keperluan berbagai jenis industri lainnya.
Baca Juga: Ekspor Petrokimia melonjak sepanjang Kuartal II 2020 Tahun 2020 ini, Petrokimia Gresik akan mulai bertransformasi dari perusahaan single industry menjadi perusahaan yang melakukan diversifikasi dengan meneruskan hilirisasi produk, melalui 3 (tiga) strategi, yaitu peningkatan kapasitas, rekonfigurasi pabrik, dan pengembangan produk baru. Strategi peningkatan kapasitas akan dimulai dengan membangun pabrik AlF3. Pabrik baru ini menambah kapasitas produksi AlF3 menjadi dua kali lipat atau 25.000 ton per tahun. Pabrik ini mengolah limbah yang dihasilkan oleh Pabrik Asam Sulfat menjadi bahan penolong untuk peleburan tembaga, sehingga akan mampu meningkatkan
revenue. Rahmad menyatakan usia Petrokimia yang sudah menginjak 48 tahun akan dijadikan milestone keberhasilan perusahaan memproduksi Methyl Ester Sulfonate (MES), produk baru yang dikembangkan bekerjasama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB).
MES adalah bio-degradable surfactant yang dapat digunakan di sektor migas untuk meningkatkan produksi lapangan minyak tua melalui teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). “Ini merupakan terobosan penting yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh pelaku industri minyak dan gas di Indonesia,” tandas Rahmad. Berikutnya, di tahun ini Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik Soda Ash dengan kapasitas 300 ribu ton. Pabrik ini nantinya akan menjadi yang pertama di Indonesia, dan akan menjadi penopang penting dalam mendukung tumbuh kembangnya industri kaca dan deterjen dalam negeri. “Melalui program hilirisasi diharapkan Petrokimia Gresik semakin mampu melaksanakan tugas pokok sebagai penopang ketahanan pangan nasional, serta memperkuat industri kimia nasional,” ujar Rahmad. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto