Petronas sukses terbitkan obligasi tahap pertama senilai US$ 6 miliar



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perusahaan minyak Malaysia, Petronas, berhasil menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap pertama dengan nilai US$ 6 miliar. Asal tahu saja, penawaran obligasi berkelanjutan ini akan dilakukan dalam jangka lima tahun.

Penawaran obligasi ini menandakan kembalinya Petronas ke pasar obligasi setelah harga minyak mentah dunia diperdagangkan mendekati posisi terendahnya dalam 18 tahun. 

Walau telah memperingatkan adanya potensi penundaan beberapa proyek akibat penyebaran virus corona di seluruh dunia, penawaran obligasi Petronas tetap laris manis. 


Baca Juga: Ledakan terjadi di wilayah operasi perusahaan patungan Petronas-Saudi Aramco

Dalam penerbitan obligasi ini, perusahaan migas tersebut menerbitkan tiga seri. Seri pertama merupakan surat utang tenor 10 tahun yang memiliki kupon 3,65% dan berhasil mengumpulkan US$ 2,25 miliar.

Seri kedua, memiliki tenor 30 tahun dengan kupon 4,55% berhasil memperoleh US$ 2,75 miliar. Dan sisanya US$ 1 miliar berasal dari seri ketiga yang memiliki kupon 4,8% dan tenor 40 tahun.

"Ada permintaan kuat untuk obligasi kami ini dengan jumlah pemesanan mencapai US$ 37 miliar, dan ini merupakan salah satu pemesanan obligasi terbesar oleh penerbit asal Asia,"  kata Petronas dalam pernyataan yang dikutip I.

Ini juga menjadi penerbitan obligasi Petronas sejak penawaran US$ 5 miliar pada Maret 2015. 

Baca Juga: Pertamina – Petronas teken kerja sama jual beli minyak mentah

Petronas mengatakan, dana segar hasil obligasi ini akan digunakan oleh perusahaan induk atau anak perusahaan untuk pembiayaan kembali, belanja modal, modal kerja, dan biaya perusahaan umum.

Petronas adalah satu-satunya penjaga sumber daya minyak dan gas di Malaysia, yang menempati peringkat lima besar pengekspor gas alam cair dunia berdasarkan kapasitas.

Perusahaan minyak dan gas sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah Malaysia, dan menurut lembaga pemeringkat Fitch, telah menyumbang 15% dari pendapatan negara selama lima tahun terakhir.

Editor: Anna Suci Perwitasari