KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrosea Tbk (PTRO) cetak kinerja operasional yang mentereng pada tahun 2024. Salah satunya mengenai perolehan kontrak. Emiten tambang yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu ini membukukan total perolehan kontrak (backlog) sebesar Rp 64,3 triliun. Total nilai backlog tersebut merupakan nilai tertinggi selama lebih dari lima dekade PTRO berkiprah di sektor pertambangan dan konstruksi. Adapun, beberapa kontrak baru yang berhasil diperoleh PTRO antara lain perjanjian jasa pertambangan dengan PT Pasir Bara Prima. Kontrak dengan PT Pasir Bara Prima itu memiliki durasi life of mine dan nilai kontrak mencapai Rp 17,4 triliun. Selain itu, PTRO menandatangani perjanjian Onshore Early Works EPC untuk proyek Ubadari,
Tangguh EGR/CCUS & Tangguh Onshore Compression (UCC) dengan nilai kontrak Rp 4,6 triliun untuk jangka waktu 24 bulan. PTRO juga memiliki perjanjian pengadaan dan konstruksi untuk pembangunan tambang Blok Pomalaa dengan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,8 triliun dan jangka waktu 24 bulan. Selain perolehan kontrak, PTRO juga menggelar sejumlah aksi korporasi. Baca Juga: Saham Grup Barito Ambruk, Kekayaan Prajogo Pangestu Menguap Rp 149 Triliun Chief Investment Officer Petrosea Kartika Hendrawan menyoroti aksi pemecahan saham (stock split) sebagai pencapaian penting. Stock split dengan rasio 1:10 ini terealisasi pada awal Januari 2025, yang menjadi katalis penting dalam meningkatkan likuiditas saham dan jumlah pemegang saham, dari sebelumnya 12.883 investor per akhir 2024 menjadi 49.796 investor di akhir Januari 2025. Dari jumlah pemegang saham PTRO tersebut, pemegang saham institusi bertambah dari 195 institusi menjadi 284 institusi. Sedangkan pemegang saham perorangan bertambah dari 12.688 individu menjadi 49.512 individu. Pemegang saham asing pun bertambah dari 109 menjadi 125 investor, walaupun penambahannya tidak sebanyak penambahan investor dalam negeri. Adapun, jumlah saham free float PTRO mencapai 27,25% pada 31 Januari 2025. Sebelumnya, pada bulan Mei dan Juni 2024, PTRO juga telah menjual seluruh saham treasury yang dimiliki kepada publik. Kartika mengklaim, PTRO berada dalam posisi yang kuat untuk merealisasikan strategi bisnisnya dan memberikan nilai tambah kepada investor yang beragam. "Pencapaian ini merupakan wujud kepercayaan masyarakat dan investor yang semakin besar terhadap kinerja dan prospek pertumbuhan Petrosea, baik saat ini maupun pada masa yang akan datang,” kata Kartika dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (13/2). Aksi PTRO lainnya adalah penggalangan dana melalui obligasi, sukuk dan fasilitas bank yang mencapai lebih dari Rp 12 triliun. PTRO telah menyelesaikan Penawaran Umum Berkelanjutan atas Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 senilai Rp 1,5 triliun, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 16 Desember 2024. PTRO juga memperoleh dukungan pendanaan dari beberapa pihak perbankan nasional. Di antaranya dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Total nilai fasilitas yang diberikan mencapai Rp 11,1 triliun.
PTRO Chart by TradingView