PGAS anggarkan capex US$ 250 juta di 2012



JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menganggarkan belanja modal senilai US$ 250 juta pada tahun ini. Nilai itu lebih tinggi daripada capital expenditure (capex) emiten gas tersebut di tahun lalu, yaitu US$ 200 juta. Peruntukan capex di antaranya adalah membiayai pengembangan industri hilir dalam penyaluran bahan bakar gas (BBG).

M. Wahid Sutopo, Direktur Pengembangan Investasi dan Manajemen Risiko PGAS, mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya membentuk anak usaha yang bernama Go Energy. Perusahaan itu yang akan mengawal kegiatan hilir termasuk penyaluran compressed natural gas (CNG) dan BBG. Porsi kepemilikan PGAS di perusahaan ini adalah 99,99%.

Selain untuk pengembangan industri hilir, sebagian capex tersebut juga digunakan untuk pembangunan LNG Receiving Terminal atau FSRU di Belawan, Sumatera Utara dan di Jawa Barat. Perseroan ini akan mengandalkan kas internal untuk memenuhi pembiayaan belanja modal tersebut.


Namun sayang, manajemen PGAS belum bersedia mengungkapkan pencapaian kinerja pada tahun 2011. Sebelumnya, manajemen pernah menjelaskan laba bersih sepanjang tahun lalu berpotensi turun menjadi Rp 6 triliun. Pada tahun 2010, laba bersih PGAS sebesar Rp 6,24 triliun.

Salah satu penyebab penurunan laba bersih pada tahun lalu adalah kerugian selisih kurs yang mencapai Rp 150 miliar. Volume penjualan gas yang menurun ditengarai ikut memangkas laba bersih emiten gas tersebut.

Maklum, volume pasokan gas PGAS pada tahun lalu memang berkurang akibat pengalihan gas dari Grissik ke Duri. Pengalihan gas itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan produksi minyak di daerah tersebut. Pengalihan atas permintaan pemerintah itu terjadi sejak 2010.

Namun, penurunan penjualan terkompensasi dari harga jual gas yang naik. Harga jual gas rata-rata PGAS pada tahun lalu sekitar US$ 8,6 per juta meter kubik (mmbtu). Sementara, pada tahun 2010, harga jual gas milik PGAS sekitar US$ 7 mmbtu.

Adapun nilai penjualan PGAS pada tahun lalu diperkirakan stagnan dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 19,76 triliun.

Tahun ini, sebagai bagian dari rencana menambah pasokan gas sekitar 50 juta standar metrik kaki kubik per hari atau million metric standard cubicfeet per day (MMSCFD), PGAS mendapat pasokan gas tambahan sebanyak 20 MMSCFD.

Pasokan ekstra gas itu berasal dari PT Indogas Kriya Dwiguna (IKD). Perusahaan itu mengambil gas dari Lapangan Terang Sirasun Batur, yang dioperasikan oleh Kangean Energy.

Pada perdagangan kemarin (1/3), harga PGAS melemah 1,33% menjadi Rp 3.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie