PGAS: Laba turun karena permintaan lemah



KONTAN.CO.ID - Belum jelasnya pembentukan holding sektor minyak dan gas (migas) menyebabkan kondisi keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) terkena imbas. Perusahaan terpaksa melakukan pelunasan maju atas pinjaman sejumlah US$ 536 juta. Padahal, awalnya pinjaman yang diperoleh pada Agustus 2014 lalu itu diperuntukan untuk keperluan akuisisi Pertagas.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGAS tidak menampik keberadaan pinjaman tersebut. Pinjaman itu awalnya memang ada yang diperuntukan untuk akuisisi Pertagas. Tapi, pinjaman itu sudah dikembalikan karena belum ada kejelasan terkait akuisisi Pertagas.

"Seluruhnya sudah kami lunasi awal tahun ini," ujarnya kepada KONTAN, belum lama ini.


Sehingga, menurutnya, laba bersih PGAS tertekan bukan karena utang, melainkan karena kondisi perekonomian yang kurang baik, terutama soal turunnya permintaan gas dari kalangan industri.

Distribusi gas PGAS di semester I-2017 tercatat cuma 749 million standard cubic feet per day (mmscfd). Jumlah ini turun 6% dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Reza Priyambada, analis Binaartha Parama Sekuritas menilai, penurunan volume distribusi itu berimbas pada turunnya pendapatan PGAS yang seharusnya bisa mengkompensasi segala kenaikan beban yang dialami PGAS.

"Ini yang membuat EBIT turun hingga ke bottom line," ujar Reza.

Semester I-2017, pendapatan PGAS turun 4% secara tahunan menjadi US$ 1,41 miliar. Sementara, Laba bersih PGAS tercatat US$ 50,29 juta, merosot 67% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 152,45 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini