KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) terus berupaya melakukan penetrasi bisnis penyaluran gas bumi untuk sektor transportasi. Hal ini seiring meningkatnya permintaan terhadap energi yang lebih ramah lingkungan. Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama menyebut, hingga kini PGAS telah menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi dengan volume sebesar 1,3 BBTUD. “Kami masih melakukan kajian secara internal untuk menentukan target volume gas bumi untuk transportasi ke depan,” katanya, Rabu (18/3).
Baca Juga: Menteri ESDM: Harga gas US$ 6 per mmbtu mulai 1 April, termasuk untuk pembangkit PGAS juga memiliki program konversi bahan bakar gas bumi di sektor transportasi. Jenis transportasi yang diprioritaskan oleh perusahaan ini adalah kendaraan umum dan truk logistik, baik berukuran kecil maupun besar. Kedua jenis transportasi ini memiliki kebutuhan energi yang cukup tinggi. Gas bumi pun menawarkan harga yang kompetitif sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi pemilik kendaraan tersebut dari sisi pendapatan. Di kesempatan sebelumnya, Direktur Strategi dan Pengembangan PGAS Syahrial Mukhtar menyatakan, PGAS memang punya rencana untuk mendorong penggunaan gas alam cair atau
Liquified Natural Gas (LNG) untuk kendaraan truk. Di samping itu, LNG juga akan diimplementasikan oleh PGAS pada kapal laut. Hal ini seiring aturan dari
International Maritime Organization (IMO) bahwa per 1 Januari 2020 industri pelayaran wajib menggunakan bahan bakar dengan kandungan sulfur 0,5%.
Baca Juga: Poduksi migas Pertamina EP terus naik, ini inovasi yang dilakukan Sementara itu, Rachmat mengatakan, dalam waktu dekat PGAS melalui anak usahanya PT Gagas Energi Indonesia berencana membangun tiga infrastruktur pengisian bahan bakar LNG atau LNG
filling station yang tersebar di Pulau Jawa. LNG
filling station dibangun guna menyokong suplai LNG untuk berbagai jenis transportasi, utamanya truk logistik yang tengah didorong untuk menggunakan bahan bakar gas. Namun, manajemen PGAS belum bisa mengungkapkan kebutuhan investasi untuk pembangunan tiga LNG
filling station tersebut. “Pembangunan LNG
filling station untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan yang beroperasi dari Pelabuhan Merak, Banten sampai ke Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur,” ujar Rachmat. PGAS juga akan memaksimalkan keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) untuk menopang kebutuhan gas bagi transportasi. Hingga kuartal tiga lalu, PGAS sudah memiliki 64 SPBG di Indonesia.
Baca Juga: Ini sektor industri yang paling terdampak virus corona versi Moody's Rachmat mengaku, untuk tahun ini PGAS belum memiliki rencana menambah SPBG baru. Pembangunan SPBG sendiri dilakukan dengan menyesuaikan permintaan di pasar. Jika permintaan terhadap kebutuhan gas untuk transportasi meningkat cukup signifikan, maka PGAS akan segera membuat skema penambahan SPBG. “Saat ini PGAS sedang berupaya meningkatkan utilisasi SPBG eksisting yang sudah ada,” terang dia. Sedangkan untuk mendorong penggunaan LNG bagi kapal laut, PGAS yang bersinergi dengan Pertamina Gas (Pertagas) telah memiliki terminal pengisian LNG Arun di Lhoksumawe, Aceh. Posisi terminal LNG ini berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran internasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .