KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Kas dan setara kas perusahaan hingga kahir 2022 hanya berjumlah US$ 260,3 juta. Sementara itu, PGEO harus melunasi facilities agreement dengan kreditur sindikasi awal dan Bank Mandiri yang akan jatuh tempo pada 23 Juni mendatang. Nilai utang yang harus dilunasi sebesar US$ 400 juta. Oleh karena itu, PGEO berencana menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$ 400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan bunga sebesar 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada tahun 2028.
Muhammad Baron Sekretarsi Perusahaan PGEO dalam keterbukaan informasi, Jumat (21/4), pihaknya telah menyelesaikan penentuan harga untuk green bond tersebut. PGEO telah meneken purchase agreement green bonds ini pada pada 20 April 2023. Sejauh ini, total utang PGEO mencapai US$ 943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek PGEO tercatat masih sekitar US$ 615,58 juta. Hal itu berdasarkan perjanjian fasilitas dan surat komitmen per 23 Juni 2021, perseroan memeroleh fasilitas kredit berupa bridge loan dengan plafon US$ 800 juta. Hingga akhir 2022, perseroan mencairkan pinjaman itu sebesar US$ 600 juta yang tercatat pada pos pinjaman bank. Beban bunga yang dikenakan atas perjanjian itu adalah LIBOR 3 bulan ditambah marjin dan dibayarkan pada akhir periode bunga, di mana marjin untuk bulan 1-12 sekitar 0,5% untuk offshore dan 0,6% untuk onshore. Sementara marjin untuk bulan 19-24 sekitar 0,6% - 0,7% atau masih di bawah 5%. Sementara itu, jika mengacu pada rata-rata LIBOR rate 3 bulan pada tahun 2021 hanya sekitar 0,16% dan ditambah marjin terbesar pada perjanjian fasilitas per 23 Juni 2021 sebesar 0,7%, maka bunga pinjaman PGEO saat itu tidak lebih dari 3%. Dengan demikian, PGEO diperkirakan bakal membayar biaya pinjaman dengan bunga yang lebih tinggi dalam aksi refinancing kali ini.
Ekonom menyayangkan aksi utang PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) karena tujuannya juga untuk menutup utang jangka pendek yang jatuh tempo, bahkan dengan potensi bunga yang lebih tinggi. Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan sangat tidak lazim jika sebuah perusahaan mengambil utang dari dana yang lebih mahal untuk menutup utang lain yang bunganya jauh lebih murah. “Melihat kondisi market saat ini potensi bunganya pasti naik,” kata Aviliani. Menurutnya, pasar modal sedang mengalami pengetatan sehingga dana murah sulit didapat oleh PGEO. “Perseroan bakal menanggung beban bunga obligasi yang sangat tinggi di saat minimnya dana murah. Likuiditas pasar modal dunia yang kurang memadai dinilai bakal menjadi dilema bagi penerbitan surat utang luar negeri (global bonds) oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dalam rangka refinancing. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk