PGN berjibaku keluar dari tekanan bisnis



KONTAN.CO.ID - Bisnis PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) pada semester I-2017 masih loyo. Semester I-2017, pendapatan PGN sebesar US$ 1,41 miliar. Nilai tersebut turun 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara laba bersih PGN tercatat US$ 50,29 juta, merosot 67% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 152,45 juta.

Tekanan demi tekanan sedang dialami oleh emiten berkode saham PGAS di Bursa Efek Indonesia itu. Salah satu tekanan itu bersumber dari PP No 44/2017 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Beleid tersebut meminta harga gas industri diturunkan, dengan patokan harga paling tinggi US$ 6 per million metric british thermal unit (mmbtu).

Padahal, PGN menjual harga gas ke industri paling tinggi US$ 14 per mmbtu. Selain itu, saat ini BPH Migas sedang gencar-gencarnya menurunkan toll fee di semua ruas pipa gas. Sejauh ini yang sudah diturunkan adalah toll fee pipa Arun-Belawan, sebelumnya US$ 2,53 per mscf menjadi US$ 1,54 per mscf.


Mengantisipasi melorotnya kinerja perusahaan sampai akhir tahun. Head of Marketing and Product Development Division PGN Adi Munandir menyatakan, pihaknya sedang berusaha meningkatkan penjualan dan efisiensi. Misalnya, menciptakan produk yang mendukung pelanggan, seperti memberi insentif ke industri-industri terpilih. "Kami mengoptimalkan efisiensi dan operasi. Dengan cara begitu kami berharap kinerja bisa terjaga. Meningkatkan penjualan, meningkatkan efisiensi," kata Adi, Kamis (7/9).

PGN tengah mengevaluasi beberapa peluang-peluang pengembangan usaha ,termasuk melalui anak usaha. Semisal PT Gagas Energi Indonesia dengan inisiatif pengembangan distribusi compressed natural gas (CNG), liquefied natural gas (LNG) ritel, hingga memasok gas untuk pembangkitan tenaga listrik.

Ada juga PT Pegaskom, anak usaha PGN di bidang serat optik. Usaha ini dibangun oleh PGN saat membangun infrastruktur South Sumatra West Java (SSWJ).

Awalnya serat optik ini hanya digunakan untuk keperluan PGN dalam mengoptimalisasi jaringan. Namun ada sisa kapasitas yang bisa digunakan untuk kegiatan usaha lain.

Adi mengaku usaha serat optik sudah berkontribusi positif bagi perseroan ini. "Kontribusinya kalau dibanding dengan eksisting masih besar eksisting. Tapi kontribusi mulai positif, sudah mulai meningkat, sudah ada perbaikan, semua anak perusahaan bisa berkontribusi positif untuk mendukung bisnis grup PGN," terang Adi.

Sementara di bisnis baru, perusahaan gas plat merah ini masih melakukan evaluasi. Hingga saat ini PGN tengah fokus pada optimalisasi anak usaha, seperti pembangkitan tenaga listrik, Saka Energy, dan serat optik tadi. "Yang sudah declare kami masih optimalkan. Yang baru masih dalam evaluasi," ujarnya.

Di luar pengembangan bisnis anak usaha, PGN juga mengembangkan bisnis utama di bidang infrastruktur gas. Adi menuturkan, saat ini PGN tengah mengembangkan jaringan distribusi gas di Dumai, pengembangan transmisi Duri-Dumai, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dalam waktu dekat, Adi yakin pengerjaan pipa distribusi Dumai bisa segera rampung. PGN pun menargetkan ruas pipa distribsui ini bisa rampung tahun depan.

Jika pipa distribusi Dumai selesai, Adi yakin akan ada pertumbuhan industri pengguna gas. "Tahap awal kami bisa lihat alokasi Dumai sudah dapat 37 bbtud. Kami mencoba monetisasi itu semua dan mengoptimalkan distribusi di Dumai," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini