KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PGN Tbk (PGAS) tengah ditunggu publik terkait keputusan perusahaan melakukan suplai LNG ke Gunvor Singapore Ltd pada awal tahun 2024. Baik investor saham hingga stakeholder lainnya menunggu keputusan perusahaan gas pelat merah ini terhadap suplai LNG ke Gunvor. Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menyebutkan akibat masih belum jelasnya informasi ini, harga saham PGAS menjadi naik turun. "Terbatasnya informasi yang disampaikan oleh PGN ke publik maupun investor mengakibatkan sulitnya para analis bursa untuk memahami berapa besar potensi kerugian akibat dari trading LNG dengan Gunvor Pte Ltd Singapore tersebut," ujar Yusri dalam keterangannya, Minggu (24/12) kemarin.
Menurut Yusri, komentar dari pengamat dan analis bursa yang mengatakan optimis PGN bisa mengatasi risiko dan kerugian bisnis adalah, malah akan menggiring investor dan pemegang saham semakin tersesat. "Sebab menurut LHP BPK RI aksi menandatangani MSPA dan CN saat itu bukan keputusan Direksi dan tidak melibatkan fungsi manajemen risiko PGN," kata Yusri. Sebelumnya, PGAS dalam keterbukaan informasi mengumumkan kondisi force majeure alias kahar terkait pelaksanaan master LNG sale and purchase agreement dan confirmation notice (CN) dengan Gunvor Singapore Ltd selaku pembeli. Kondisi kahar ini terjadi pada 3 November 2023. PGAS menyampaikan pemberitahuan force majeure kepada pembeli terkait pelaksanaan confirmation notice. “Pada saat pelaporan, belum terdapat dampak atas kejadian, informasi, atau fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional, hukum, dan kondisi keuangan PGAS,” tulis Sekretaris Perusahaan PGAS Rachmat Hutama dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (7/11). Ia menyebutkan ada data perkiraan yang bisa digunakan untuk menghitung potensi kerugian trading LNG PGN dengan Gunvor tersebut. "Dari data-data maupun 'informasi terbatas' yang beredar dapat diketahui bahwa jumlah kargo yang diperjualkan adalah sebanyak 8 kargo setahun selama periode 4 tahun mulai Januari 2024. Artinya total kargo yang dijual ke Gunvor adalah 32 kargo," kata Yusri. "Informasi lain juga terdengar bahwa harga jual LNG ke Gunvor adalah sekitar $11,5/MMBTU dan denda maksimal yang bisa ditanggung PGN adalah sebesar 130 persen dari nilai kontrak," timpal Yusri lagi. Diuraikan Yusri lebih lanjut, sumber lain juga menyebutkan bahwa kuantitas satu kargo LNG tersebut adalah 3-3,7 juta MMBTU. Dari data di atas maka dapat dihitung bahwa perkiraan harga minimum 1 kargo LNG yang dikirim ke Gunvor adalah US$ 34,5 juta , sedangkan untuk harga maksimumnya adalah US$ 42,5 juta "Dari dua nilai minimum dan maksimum di atas, dapat dihitung bahwa potensi total kerugian selama periode kontrak yang akan dihadapi PGAS adalah antara sekitar US$ 1,435 miliar sampai dengan US$ 1,768 miliar atau setara Rp 22,4 triliun," ujar Yusri. Menurut LHP BPK RI April 2023, lanjut Yusri, potensi kerugian selama empat tahun periode kontrak sekitar US$ 117,9 juta hingga US$ 376,9 juta berdasarkan klaim atau denda Gunvor 33% dari nilai kargo.
"Untuk mencegah realisasi kerugian dari pemegang saham PGAS, OJK perlu segera melakukan investigasi menyeluruh atas transaksi LNG PGN tersebut dan segera mempublikasikan temuannya ke bursa. Upaya yang dilakukan manajemen PGN dalam mengelola risiko trading LNG ini tampaknya sumir," kata Yusri. Menurut Yusri, penundaan penyampaian 'Keterbukaan Informasi', pada saatnya akan membukukan kerugian yang sangat besar pada investasi portofolio pemegang saham PGAS. Bahkan lebih jauh bisa menarik turun kinerja IHSG IDX secara keseluruhan. "Padahal, umum diketahui bahwa banyak dana pensiun yang berinvestasi di bursa termasuk di PGAS. Tidak terbukanya manajemen PGAS dalam hal penyampaian informasi ini menujukkan tidak adanya kepedulian atas potensi kerugian yang akan dihadapi para pemegang saham atau akibat ketidak mampuan mereka mengendalikan situasi," kata Yusri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Lamgiat Siringoringo