PGN optimis shale gas Fasken terus menyembur



JAKARTA. Harga minyak mentah yang terus menurun hingga US$ 40 per barel membuat kinerja perusahaan-perusahaan migas di negeri Paman Sam ikut turun. Tak terkecuali rekan bisnis PT Saka Energi Indonesia, yaitu Swift Energy Company di  blok shale gas Fasken.

Selasa (18/8), pekan lalu, Swift Energi mendapatkan peringatan dari otoritas Bursa Saham New York (NYSE) karena harga sahamnya turun di bawah US$ 1 per saham dan nilai kapitalisasi  di bawah US$ 50 juta. NYSE pun mengancam akan melakukan penghapusan atawa delisting saham Swift Energi jika performa saham emiten tersebut tidak juga membaik.

Sebagai rekan bisnis,  Chief Operating and Commercial Officer Saka Energi Indonesia, Tumbur Parlindungan menegaskan, investasi Saka Energi di blok shale gas Fasken tidak terpengaruh dengan kinerja Swift Energy yang tengah menurun. Sebab, Saka tidak langsung melakukan investasi di Swift Energy Company, tapi membentuk joint venture mengelola blok shale gas Fasken.


"Tak da pengaruhnya dengan investasi kami di Fasken. Sampai saat ini kami masih produksi 154 mmscfd (million standard cubic feet per day atau juta standar kaki kubik per hari) dengan target akhir 2015 190 mmscfd," kata Tumbur ke KONTAN Senin (24/8).

Juru Bicara PT Perusahaan Gas Nasional Tbk (PGN), Irwan Andri Atmando menambahkan,  sejak Saka Energi berinvestasi di Blok Fasken tahun lalu, produksi gas di blok itu justru meningkat signifikan.  Irwan menyebut produksi Blok Fasken pada tahun lalu baru mencapai 30 mmscfd.  "Sekarang sudah mendekati 154 mmscfd," ungkap Irwan.

Selain itu, adanya penurunan kinerja perusahaan migas di Amerika, Tumbur menyebut situasi tersebut secara keseluruhan bisa menjadi peluang bagi perusahaan migas Indonesia untuk mengambil alih blok-blok migas yang ada di sana.

Apalagi, Saka Energi sejak tahun lalu juga berkeinginan menjadi operator dengan kepemilikan saham di atas 51% pada beberapa blok shale gas di kawasan kaya akan migas seperti di Eagle Ford, Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS).

"Secara tidak langsung itu yang sedang kami menjajaki (menjadi operator blok migas). Namun tahun ini kami belum ada rencana," katanya.

Tak ada agenda akuisisi

Setali tiga uang, Irwan juga menyebut sampai saat ini PT Perusahaan Gas Negara Tbk., juga belum berencana untuk melakukan akuisisi blok migas di luar negeri. Pihaknya masih memilih untuk fokus mengembangkan blok migas yang telah dimiliki saat ini. "Kami fokus dulu dengan yang sudah ada," imbuhnya.

Tumbur bilang, bagi Saka Energi yang merupakan anak usaha PGN, melakukan akuisisi saham di blok migas dengan tujuan untuk membantu menyediakan pasokan energi di dalam negeri.

Untuk itulah mereka melakukan akuisisi saham blok migas di Amerika tersebut. "Kami lakukan itu untuk memenuhi tersedianya energi di Indonesia," tutur Tumbur.

Sekadar catatan, Saka Energi tahun lalu telah mengakuisisi 36% saham Blok Fasken di kawasan Eagle Ford AS milik Swift Energy Company. Nilai transaksi akuisisi blok migas ini mencapai US$ 175 juta. Ditargetkan gas dari Blok Fasken tersebut sudah bisa mengirimkan gas ke floating storage and reasification unit (FSRU) milik PGN pada 2016 mendatang.

Saat ini, PGN telah memiliki dua unit FSRU, yaitu FSRU di Lampung dengan persentase pemilikan 100%. Selain itu, PGN juga tercatat memiliki FSRU Jawa Barat. Namun, di   FSRU tersebut, PGN hanya memiliki saham sebanyak 40%, sedangkan mayoritas di Pertamina sebanyak 60%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan