KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), berkomitmen melakukan penguatan pasokan gas dan perluasan infrastruktur gas bumi dan mempercepat realisasi proyek gasifikasi pembangkit listrik pada tahun ini. PGN berencana melakukan proses transisi
fossil fuel ke energi bersih gas bumi, melalui beberapa proyek unggulan dan mengutamakan pembangunan rendah emisi untuk mendukung program pemerintah mencapai netral karbon 2060. PGN berencana melakukan 3 proyek strategis yaitu, pertama program regasifikasi pembangkit-pembangkit listrik yang ada di sebagian besar timur Indonesia.
Baca Juga: Proyek Gasifikasi Pembangkit Listrik Memoles Kinerja PGN (PGAS) Kedua selain ke pembangkit-pembangkit listrik milik PLN, konversi ke gas bumi masih akan terus berjalan melalui gasifikasi di
refinery yang berada di RU II Dumai, RU III Plaju, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, TPPI, GRR Tuban, dan RU V Balikpapan. Selanjutnya, pemanfaatan gas bumi untuk sektor rumah tangga. sampai sekarang telah ada 750 ribu sambungan jaringan gas rumah tangga yang tersebar di 17 Provinsi dan 67 Kota/Kabupaten. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan mengatakan proyek gasifikasi akan menjadi proyek yang mendorong kinerja dan pendapatan PGAS ke depannya. "Tetapi kita harus memperhatikan PGAS saat ini yang sedang mengalami penurunan dari segi margin akibat PGAS sedang menjalankan proyek penyebaran dan peningkatan gas kepada 13 industri dan hal tersebut harus diperhatikan bisa menjadi katalis negatif ataupun menjadi katalis positif," ucap Farras kepada kontan.co.id, Selasa (5/7).
Head of Research Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu menilai 3 proyek strategis yang dilakukan PGAS saat ini merupakan proyek jangka panjang semua. "Sehingga proyek tersebut membutuhkan koordinasi dengan PLN, Pertamina and APBN," ucap Chandra. Analis Kanaka Hita Solvera Andika Cipta Labora mengatakan proyek gasifikasi membuat kinerja PGAS lebih menarik karena menjadi semakin berkembang ke depannya. "Proyek gasifikasi ini membuat prospek PGAS menjadi lebih menarik karena membuat bisnis PGAS menjadi semakin berkembang ke depannya. Hal ini untuk ke depannya bisa membuat kinerja PGAS menjadi lebih baik," ucap Andika.
Baca Juga: Proyek Gasifikasi Pembangkit Listrik Topang Kinerja Perusahaan Gas Negara (PGAS) Kinerja Positif Analis Trimegah Sekuritas Hasbie dalam risetnya 13 Juni 2022 memiliki kinerja yang defensif saat ini. Sebab harga jual produk gas PGN sekitar 57% lebih murah dibandingkan bahan bakar lainnya pada kuartal I-2022. "Kami berpendapat bahwa PGN harus dianggap sebagai pemain defensif. Selain alasan harga jual yang lebih murah dibandingkan bahan bakar lainnya pada kuartal I-2022. Sementara total cakupan khusus harga gas sudah mencapai 63% dalam 4 bulan pertama di 2022 dari total volume, sehingga akan membatasi penurunan dari harga minyak yang tinggi saat ini," ucap Hasbie. Andika mengatakan kinerja PGAS pada kuartal I-2022 sudah sesuai ekspektasi, "karena naiknya harga gas dan minyak dan juga pandemi yang telah membaik ikut membuat bisnis pgas membaik," ujar Andika. Sementara Farras mengatakan kinerja PGAS selama kuartal II-2022 sudah sesuai proyeksi. "Ke depannya PGAS diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksinya dari blok Rokan yang sedang dijalankan sehingga bisa meningkatkan EBITDA PGAS dan yang menjadi fokus PGAS tahun ini yaitu proyek jaringan gas bumi (jargas) itu akan menjadi katalis positif tahun ini," ucap Farras.
Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) Punya Kinerja Defensif Sepanjang Kuartal I 2022 Hasbie mengatakan pendapat umum pasar tentang PGAS sebagai saham volatil dan beta saham tinggi tidak lagi relevan, karena betanya telah turun dari 1,4 pada Desember 2021 menjadi 0,94 saat ini. Beta saham adalah indikator untuk mengukur sensitivitas suatu saham terhadap pergerakan pasar secara keseluruhan atau indeks harga saham gabungan (IHSG). Selain itu, eksposur hulu PGN melalui anak usahanya, PT Saka Energi Indonesia akan memberikan potensi kenaikan harga gas guna menahan kenaikan harga minyak sebesar 63% dari volume pengangkatannya sepanjang tahun 2021 didasarkan pada indeks kontrak terkait. Chandra mengatakan sentimen positif yang dapat mengangkat kinerja PGAS berasal dari perbaikan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Farras mengatakan PGAS memiliki keunggulan dibandingkan lainnya berasal dari jaringan distribusi gas yang besar karena sebagai BUMN dan memiliki kontrak yang lama sehingga bisa mendistribusikan gasnya, yang kedua dari kouta dan harga yang ditawarkan. Menurut Andika sentimen yang bisa mendukung kinerja emiten PGAS berasal dari membaiknya situasi pandemic bisa membuat perekonomian membaik dan memiliki keunggulan berupa
market share utama gas bumi nasional sebesar 92%. "Serta banyak industry kembali berjalan normal sehingga hal ini membuat volume permintaan gas menjadi naik yang akan berdampak positif terhadap PGAS," ucap Andika. Hal ini membuat Andika memproyeksi laba bersih PGAS di 2022 sebesar US$ 500 juta dan pendapatan sepanjang tahun 2022 sekitar US$ 5,5 Miliar. Hasbie memperkirakan pendapatan Saka energi dan EBITDA meningkat dari rata-rata US$ 400 juta / US$260 juta masing-masing pada tahun 2017/2021 menjadi US$ 527 juta/408 juta pada tahun 2022/2024. "Hal ini akan menjadi positif untuk margin EBITDA PGAS karena mengingat margin Saka sekitar 77% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan distribusi gas sebanyak 22%," ucap Hasbie. Sebagai hasilnya, Hasbie mengharapkan kontribusi EBITDA Saka meningkat dari hanya 27% pada 2017–2021 hingga sekitar 37% pada 2022–2024.
Farras meyakini dengan adanya keputusan terbaru dari Kementerian ESDM, PGAS berpotensi untuk mendistribusikan 945 BBTUD gas di sepanjang tahun 2022 dan naik 9% secara tahunan didorong oleh peningkatan permintaan dari ke-13 industri serta didorong oleh dua proyek distribusi PGAS yaitu blok Rokan dan jalur pipa Gresik-Semarang.
"Apabila kebijakan ini direalisasikan, meskipun adanya potensi penurunan margin distribusi menjadi US$ 1,5 per mmbtu–US$ 1,7 per mmbtu, membuat PGAS dapat mencatat pertumbuhan top-line menjadi US$ 3.3 milliar atau naik 11.4% secara tahunan pada sepanjang tahun 2022 dengan distribusi gas menjadi kontributor utama top-line 76%. ," ujar Farras. Farras mempertahankan rekomendasi BUY untuk PGAS dengan TP Rp 1.600. Sementara Hasbie merekomendasikan untuk PGAS dengan rating BUY dan TP Rp 2.300. Sedangkan, Andika merekomendasikan PGAS di Sell on Strenght dengan target akhir di level Rp 1550-1600. Menurut Chandra kinerja PGN tidak terpengaruh oleh inflasi, sehingga kinerjanya diprediksi stabil, sehingga memproyeksikan untuk BUY dengan TP Rp 1,850. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .