Phapros mulai merambah bisnis alat kesehatan



JAKARTA. PT Phapros, perusahan farmasi "pelat merah" kini mulai merambah produksi alat-alat kesehatan, terutama implan untuk korban patah tulang yang selama ini kebanyakan masih impor.

"Pertumbuhan rata-rata alat kesehatan dalam negeri selama lima tahun ini mencapai 12,8 persen," kata Direktur Utama PT Phapros Iswanto dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Semarang, Jumat.

Pertumbuhan alat kesehatan dalam negeri, kata dia, didorong terus dengan adanya program kemandirian yang digagas Kementerian Kesehatan dengan Phapros sebagai salah satu pendorong program itu.


Ia mengatakan Kemenkes berharap alat-alat kesehatan nantinya bisa diproduksi sendiri karena selama ini 94 persennya masih diimpor, sementara yang diproduksi sendiri baru sekitar enam persen.

Untuk memperkuat bisnis alat kesehatan, kata dia, Phapros sudah menyiapkan beberapa strategi, seperti pemasaran produk implan "arthroplasty" bernama "Implancast" untuk persendian lutut dan pinggul.

"Implan tersebut dilapisi dengan 'titanium nitride' sehingga bisa mengurangi reaksi alergi pada tubuh," kata Iswanto yang juga Ketua Tim Penyusun Road Map Industri Alat Kesehatan Dalam Negeri.

Ia mengatakan kebutuhan implan tulang atau osteosynthesis di dalam negeri terus meningkat seiring dengan tingginya jumlah korban patah tulang akibat kasus kecelakaan yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan data Kemenkes, "road injury" (cedera di jalan) menempati peringkat kedua pada 2015 sebagai penyebab kematian setelah stroke, namun tak diimbangi ketersediaan implan produk dalam negeri.

Data dari Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia pada 2014 menyebutkan pangsa pasar alat kesehatan di indonesia, termasuk implan mencapai Rp15 triliun, namun 90 persen di antaranya masih harus impor.

"Melihat peluang yang besar di industri alat kesehatan dalam negeri itu, Phapros akan menambah satu lagi portofolio produknya, yakni alat kesehatan," katanya.

Selain implan, Phapros mengembangkan VP Shunt, yakni alat untuk membuang cairan yang tidak dibutuhkan di kepala bagi anak-anak hidrosefalus yang dikembangkan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Produk yang dikembangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan UGM itu, memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis, dengan bentuk pipa yang menyerupai bulan sabit, sementara yang kebanyakan berbentuk lurus memanjang.

Phapros juga menyiapkan lini baru, yakni Phapros Healthcare yang perizinannya masih dalam proses dan diharapkan pada 2016 bisa memasarkan "nasal spray" untuk pengobatan infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan