Phapros (PEHA) Catatkan Penurunan Penjualan pada Kuartal I-2023, Ini Sebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten farmasi PT Phapros Tbk (PEHA) menatap optimistis prospek bisnisnya pada 2023. Sejumlah strategi telah disiapkan oleh PEHA untuk meningkatkan kinerjanya sepanjang tahun ini.

Sebagai informasi, PEHA mengalami penurunan penjualan bersih 3,08% year on year (YoY) menjadi Rp 260,97 miliar pada kuartal I-2023. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PEHA juga berkurang 15,89% YoY menjadi Rp 4,71 miliar.

Walau tidak diuraikan secara rinci, Direktur Utama Phapros Hadi Hardoko menyampaikan, penjualan dan laba bersih PEHA tetap ditargetkan tumbuh lebih baik pada 2023.


Kinerja PEHA pada kuartal pertama lalu dipengaruhi oleh penurunan penjualan obat over the counter (OTC) atau obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Per kuartal I-2023, penjualan obat OTC anak usaha PT Kimia Farma Tbk tersebut tercatat sebesar Rp 34 miliar atau lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 56,1 miliar.

“Kami menilai penurunan tersebut karena obat-obat OTC yang berkaitan dengan Covid-19 sudah tidak relevan lagi semenjak pandemi berubah jadi endemi,” ujar dia dalam paparan publik, Kamis (8/6).

Baca Juga: Phapros (PEHA) Perluas Pengembangan Produk Melalui Kolaborasi dan Inovasi

Terlepas dari itu, Manajemen PEHA yakin penjualan obat OTC akan segera pulih kembali pada kuartal-kuartal berikutnya. Ini mengingat salah satu strategi keunggulan operasional yang diusung PEHA pada 2023 adalah melakukan penataan portofolio dengan mengubah fokus penjualan produk obat generik (OGB) menjadi obat OTC dan ethical.

Strategi PEHA lainnya di sektor komersial adalah fokus pada produk yang paling laku di pasaran, digitalisasi penjualan, perbaikan demand planning, hingga kolaborasi pemasaran dengan anak perusahaan.

Hadi menambahkan, untuk meningkatkan efisiensi, PEHA fokus melakukan restrukturisasi utang bank jangka pendek dan panjang dengan harapan terjadi penurunan beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan. PEHA juga berupaya melakukan penyesuaian biaya pemasarannya, sehingga beban pengeluarannya terjaga.

Lebih lanjut, Manajemen PEHA juga berusaha memastikan terjaganya pasokan bahan baku obat yang diproduksi perusahaan tersebut. Harus diakui sejauh ini sebagian bahan baku obat PEHA masih diimpor melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan farmasi global dari Perancis, Jerman, India, dan Italia.

Kendati demikian, PEHA tetap akan memaksimalkan potensi beberapa bahan baku obat yang bisa diperoleh dari dalam negeri. Beruntung, PEHA masih berada dalam satu ekosistem yang sama dengan Kimia Farma. Perusahaan tersebut telah memulai produksi bahan baku obat melalui PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.

 
PEHA Chart by TradingView

“Kami bisa memakai alternatif bahan baku obat di dalam Grup Kimia Farma,” imbuh Hadi.

Sekadar catatan, PEHA telah memiliki 162 produk yang mendapat sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Perusahaan ini memiliki 10 produk dengan TKDN lebih dari 40%. Misalnya, Bonefill Ortho (TKDN 63,24%), Tensigard (59,25%), Water for Injection (54%), Omeprazole Sodium (53,33%), Hemorogard (51,42%), dan lain-lain.

Sepanjang tahun 2022 lalu, PEHA merilis 12 produk. Di antaranya adalah Ampicillin Sodium/Sulbactam Sodium dan Moxifloxacin yang termasuk kategori anti infeksi, Bonefill Powder di kategori orthopedi, Amlodipine Tablet 5 mg dan 10 mg di kategori anti hipertensi, Domperidone di kategori anti emetik, dan sejumlah suplemen kesehatan seperti Curlysine Jeruk, Alphacare D3, Camivom, Vikom-Z, dan Curlysine Coklat.

Meski tidak dijelaskan secara gamblang, Hadi memastikan pihaknya akan terus memperkenalkan produk baru pada tiap tahun. Sebab, ini menjadi bagian dari strategi PEHA untuk meningkatkan penjualannya di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .