KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk (
PEHA) mencatatkan adanya peningkatan pemesanan obat yang berkaitan dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat polusi udara yang buruk beberapa bulan terakhir. Corporate Secretary Phapros Zahmilia Akbar mengatakan kenaikan secara umum (dari beberapa jenis obat ISPA) yang dijual rata-rata di atas 10%. “Kenaikannya rata-rata di atas 10%,” katanya saat dihubungi Kontan, Selasa (12/09).
Ia menambahkan, Phapros memiliki banyak produk yang berhubungan dengan kesehatan saluran pernafasan, antara lain produk untuk cuci hidung yang mengandung NaCl bernama Marimer.
Baca Juga: Phapros (PEHA) Terus Komitmen Pemberdayaan UMKM dan Pengentasan Stunting Lalu ada lagi produk Kaloba, sejenis herbal dengan kandungan Pelargonium sidoides, antibiotik serta produk anti histamin. “Yang mana produk-produk tersebut dari hulu ke hilir baik untuk preventif maupun kuratif atas kasus saluran pernafasan,” jelasnya. Kemudian terkait kinerja keuangan, PEHA menargetkan kenaikan pendapatan hingga akhir 2023 adalah di atas rata-rata kenaikan industri farmasi.
Hingga akhir Juni 2023, perseroan mencatatkan kinerja kurang memuaskan selama semester I-2023. Turunnya angka penjualan ikut memangkas laba bersih perusahaan di paruh pertama tahun ini. Penjualan neto Phapros terpantau turun tipis 1,87% secara tahunan atau
year on year (yoy), dari semula Rp 565,50 miliar pada semester I-2022, menjadi Rp 554,91 miliar di semester pertama tahun ini.
Baca Juga: Garuda Maintenance Facility (GMFI) Bidik Pendapatan US$ 377 Juta Tahun Ini Seiring penurunan penjualan, beban pokok penjualan juga ikut menyusut 4,49% menjadi Rp 276,16 miliar. Menghasilkan laba kotor sebesar Rp 278,75 miliar yang naik tipis 0,86% menjadi Rp 278,75 miliar.
Di sisi lain, PEHA masih menanggung kenaikan beban usaha pada paruh pertama tahun ini. Angkanya meningkat 3,42%, dari semula Rp 231 miliar menjadi Rp 238,90 miliar.
Baca Juga: Phapros (PEHA) Berharap Kehadiran Produk Baru Dapat Tingkatkan Kinerja Bisnis PEHA PUN meraup laba bersih sebesar Rp 7,74 miliar. Angka ini menyusut 30,45% dari laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir Juni 2022 yang tercatat Rp 11,13 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli