KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Phapros Tbk (
PEHA) menyebut bahwa industri farmasi diuntungkan oleh menggeliatnya industri pariwisata. Hal ini terbukti oleh penjualan obat Antimo buatan Phapros yang meningkat signifikan sepanjang 2022. Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko mengatakan, pada semester I-2022 lalu, pertumbuhan penjualan Antimo mencapai lebih dari 100% dibandingkan tahun 2021. Kemudian pada akhir kuartal III-2022, Antimo dan produk turunan Phapros yang menyasar segmen
travel convenience juga tumbuh di atas 130% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Phapros (PEHA) Siapkan Inovasi Pengembangan Produk dan Alat Kesehatan pada 2023 "Kami pun optimis, pada Desember ini penjualannya semakin meningkat karena libur Natal dan Tahun Baru,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima Kontan, Selasa (27/12). Sebagai produk yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia yang sering mengalami
motion sickness (mabuk perjalanan), Antimo merupakan
living legend brand yang telah berusia genap 50 tahun pada 2022. Produk ini telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kinerja penjualan Phapros sepanjang sejarah. Pada 2023 nanti, Phapros akan melakukan berbagai inovasi berbasis riset untuk memproduksi beragam obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dan berpotensi untuk diekspor ke negara-negara lain, termasuk menjadikan
commercial excellence, operational excellence, financial excellence, dan digitalisasi sebagai bagian dari strategi lanjutan dari tahun ini.
Hadi menegaskan, Phapros konsisten untuk menciptakan produk berbasis kebutuhan, bukan sekadar mengikut tren padahal tidak dibutuhkan oleh masyarakat. "Sebagai perusahaan milik negara, tentu kami turut bertanggungjawab memberikan kinerja dan inovasi terbaik sehingga dampaknya tidak saja dirasakan oleh masyarakat yang mengkonsumsi obat-obat dari Phapros, melainkan juga negara yang mendapatkan pemasukan dari kinerja perusahaan,” tutup dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo