Phapros (PEHA) Siapkan Inovasi Pengembangan Produk dan Alat Kesehatan pada 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan farmasi, PT Phapros Tbk (PEHA) berupaya terus memperkuat bisnisnya pada tahun 2023. Berbagai strategi pengembangan produk dan alat kesehatan berusaha diimplementasi secara optimal oleh perusahaan tersebut.

Sekretaris Perusahaan Phapros Zahmilia Akbar menyampaikan, pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan produk farmasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Tanah Air. Lantas, langkah berupa pembuatan produk baru bakal kembali ditempuh oleh anak usaha PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tersebut.

“Untuk tahun 2023 kami targetkan dapat merilis 10 produk baru,” tukas dia ketika dihubungi KONTAN, Selasa (27/12).


Baca Juga: Phapros (PEHA) Menikmati Berkah dari Pulihnya Sektor Pariwisata

Hanya saja, ia tidak menjelaskan secara rinci calon-calon produk baru PEHA yang akan diluncurkan tahun depan. Sejauh ini, PEHA memproduksi lebih dari 250 item obat yang di antaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri. Salah satu produk unggulan PEHA yang mendominasi pasar di kategorinya adalah Antimo.

Produk Antimo berhasil mencatatkan kinerja pertumbuhan penjualan lebih dari 100% pada semester I-2022 dan 130% hingga akhir kuartal III-2022. Manajemen PEHA memprediksi bahwa penjualan Antimo pada Desember 2022 akan tumbuh signifikan lantaran terdampak oleh momentum libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Di luar itu, PEHA bakal kembali melanjutkan strategi berupa implementasi program hilirisasi riset pada 2023. Nantinya, PEHA akan memperkuat kerja sama serta kolaborasi hilirisasi aset dengan perguruan tinggi seperti Universitas Airlangga dan RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Lewat kerja sama tersebut, PEHA akan fokus pada produk-produk yang berkaitan dengan alat kesehatan untuk gigi dan tulang.

Dalam keterangan resmi yang diterima KONTAN, Direktur Utama Phapros Hadi Karodko menyebut, gigi dan tulang merupakan penyakit yang lazim diderita oleh banyak masyarakat Indonesia. Meski terlihat bukan sebagai penyakit berat, namun penyakit ini bisa berimbas pada penurunan kesehatan yang berakibat pada produktivitas hidup.

Lantas, PEHA melihat ini merupakan tantangan bagi perusahaan untuk memberi solusi terdepan dalam mengatasi gangguan kesehatan tersebut. Maka dari itu, PEHA bersama para peneliti dari Unair dan RSUD dr. Soetomo berkolaborasi untuk mengembangkan alat kesehatan inovatif bagi masyarakat.

 
PEHA Chart by TradingView

Hilirisasi riset nantinya akan diwujudkan berupa transfer teknologi dan fasilitas produksi alat kesehatan (alkes) milik PEHA itu sendiri. “Target kami pada akhir 2023, alkes ini sudah bisa dipasarkan sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Hadi.

Selain itu, PEHA juga berupaya berkontribusi dalam mewujudkan industri pariwisata medis. Hal ini tertuang dalam perjanjian kerja sama (PKS) antara Kemenparekraf/Baparekraf dengan Kementerian Kesehatan dalam rangka pengembangan pariwisata kesehatan.

Terkait dukungan terhadap program pemerintah tersebut, PEHA akan mengambil peran dalam memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan berbasis riset dan kolaborasi.

Diharapkan, keberadaan PEHA akan memungkinkan Indonesia memiliki beragam inovasi medis yang tak hanya bermanfaat untuk masyarakat dalam negeri, melainkan juga warga negara lain yang sedang mencari pengobatan dengan fasilitas lengkap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .