JAKARTA. Anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Phapros memastikan akan menggelar
initial public offering (IPO). Target perolehan dananya bisa lebih besar dari rencana sebelumnya. "IPO nanti pasti di atas Rp 1 triliun," ujar Didik Prasetyo, Direktur Utama RNI, kemarin. Dana IPO dialokasikan untuk ekspansi, termasuk kelanjutan pembangunan pabrik. Namun, Phapros tidak buru-buru melepas sahamnya di bursa. Perhelatan ini ditargetkan berlangsung pada 2018. Tadinya, perusahaan farmasi ini berniat IPO tahun depan. Dengan menawarkan 20% saham ke publik, Phapros mengincar Rp 500 miliar. Tapi, manajemen lebih baik membesarkan Phapros lebih dulu ketimbang buru-buru IPO.
Manajemen juga mempertimbangkan transaksi sahamnya nanti. Phapros tidak mau saham tak likuid karena emisi tidak besar, sementara fundamental baik. Akhirnya, Phapros menunda IPO ke 2018. Tapi, untuk membesarkan bisnis Phapros, tahun depan perseroan ini akan merilis surat utang Rp 300 miliar. Dana itu akan digunakan untuk membangun pabrik. "Targetnya, kuartal pertama tahun depan bisa rilis (surat utang)," tambah Didik. Aset Phapros saat ini Rp 700 miliar. Setelah merilis obligasi dan membangun pabrik, asetnya bisa menyentuh Rp 1 triliun atau bahkan lebih. Tahun lalu, pendapatan Phapros Rp 691,25 miliar, naik 19% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan pendapatan hingga akhir 2016 diprediksi mencapai Rp 800 miliar. Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, Phapros akan memperoleh sejumlah keuntungan dengan menerbitkan surat utang terlebih dahulu. Pembangunan pabrik, apalagi untuk ekspansi, butuh pendanaan sesegera mungkin. Dengan surat utang, dana bisa diperoleh dengan lebih cepat. Beda dengan IPO yang perolehan dananya tidak secepat surat utang, karena proses IPO butuh waktu panjang, bahkan bisa tahunan. Prospek Phapros akan semakin menjanjikan jika pembangunan pabrik lancar. "Apalagi jika kinerja Phapros nanti meningkat setelah pengerjaan pabrik," tambah Reza. Akhirnya, IPO Phapros akan lebih lancar. Sahamnya nanti juga punya peluang lebih besar untuk ramai ditransaksikan karena kinerja lebih prospektif. Secara umum, industri farmasi masih menjanjikan. Permintaan produknya tinggi.
"Selayaknya industri konsumer, prospeknya bagus, apalagi jika Phapros punya segmen yang fokus seperti KAEF dan KLBF," jelas Reza. Phapros memiliki sejumlah produk, seperti Antimo, Bioron dan obat khusus pria dewasa, X-gra. Perusahaan ini juga berencana membangun pabrik obat kedua di Ungaran, Semarang. Nilai investasinya Rp 450 miliar. Pabrik baru ini berkapasitas 2 miliar butir tablet per tahun. Jika digabung dengan pabrik lama di Simongan, Semarang, maka kapasitas produksinya bisa mencapai 3 miliar butir per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie