KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mulai membuka opsi memanfaatkan relief well YYA-1RW sebagai sumur produksi menggantikan sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran gas pada 12 Juli 2019. Direktur Operasi dan Produksi PHE Taufik Adityawarman bilang PHE menargetkan pemanfaatan relief well dapat dilakukan di awal 2020 mendatang. Baca Juga: SKK Migas paparkan kinerja hulu migas kuartal III-2019, ini progresnya "Pengembangan relief well salah satu opsi, Masih ada tiga opsi lainnya apakah kita mau memulihkan dari tempat lain, tapi most likely itu yang dari relief well,” ujar Taufik di Jakarta, Rabu (6/11) malam. Kendati demikian, Taufik memastikan kajian pemanfaatan relief well masih berlangsung. Jika kajian telah rampung, PHE akan melaporkannya ke PT Pertamina (Persero) terlebih dahulu. Adapun, kajian meliputi penghitungan sisa cadangan minyak dan gas yang tersisa, menghitung ulang area yang ada terlebih jarak relief well ke sumur YYA-1 yang berjarak sekitar 1 km. Selain itu, kajian juga meliputi perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk pemanfaatan relief well sebagai sumur produksi. Taufik menjelaskan, dengan situasi yang ada, diprediksi biaya yang dibutuhkan tidak begitu besar. Ditengah upaya memanfaatkan relief well sebagai sumur produksi, Taufik memastikan PHE masih menanti kajian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengenai ceceran minyak yang berhasil terkumpul. Baca Juga: Pertamina pastikan tidak ada lagi tumpahan minyak di sekitar anjungan YYA-1 Kajian tersebut mengenai kemungkinan lifitng minyak yang bisa diperoleh dari ceceran minyak yang terkumpul. "Sedang dikaji oleh KLHK, mereka meminta prosedur dan segala macamnya dari proposal kami. sudah submit. Paling cepat dua minggu (keputusan) di-submit Jumat kemarin,” tandas Taufik.
PHE buka opsi manfaatkan relief well sebagai sumur produksi
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mulai membuka opsi memanfaatkan relief well YYA-1RW sebagai sumur produksi menggantikan sumur YYA-1 yang mengalami kebocoran gas pada 12 Juli 2019. Direktur Operasi dan Produksi PHE Taufik Adityawarman bilang PHE menargetkan pemanfaatan relief well dapat dilakukan di awal 2020 mendatang. Baca Juga: SKK Migas paparkan kinerja hulu migas kuartal III-2019, ini progresnya "Pengembangan relief well salah satu opsi, Masih ada tiga opsi lainnya apakah kita mau memulihkan dari tempat lain, tapi most likely itu yang dari relief well,” ujar Taufik di Jakarta, Rabu (6/11) malam. Kendati demikian, Taufik memastikan kajian pemanfaatan relief well masih berlangsung. Jika kajian telah rampung, PHE akan melaporkannya ke PT Pertamina (Persero) terlebih dahulu. Adapun, kajian meliputi penghitungan sisa cadangan minyak dan gas yang tersisa, menghitung ulang area yang ada terlebih jarak relief well ke sumur YYA-1 yang berjarak sekitar 1 km. Selain itu, kajian juga meliputi perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk pemanfaatan relief well sebagai sumur produksi. Taufik menjelaskan, dengan situasi yang ada, diprediksi biaya yang dibutuhkan tidak begitu besar. Ditengah upaya memanfaatkan relief well sebagai sumur produksi, Taufik memastikan PHE masih menanti kajian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengenai ceceran minyak yang berhasil terkumpul. Baca Juga: Pertamina pastikan tidak ada lagi tumpahan minyak di sekitar anjungan YYA-1 Kajian tersebut mengenai kemungkinan lifitng minyak yang bisa diperoleh dari ceceran minyak yang terkumpul. "Sedang dikaji oleh KLHK, mereka meminta prosedur dan segala macamnya dari proposal kami. sudah submit. Paling cepat dua minggu (keputusan) di-submit Jumat kemarin,” tandas Taufik.