KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java terus melakukan upaya intensif demi menghentikan gelembung gas di lepas Pantai Karawang melalui pengeboran sumur dan penambahan unit kapal. Sejauh ini sekitar 45 kapal disiagakan untuk untuk menanggulangi tumpahan minyak. Sementara itu, para pekerja Pertamina Hulu Energi Offshore North Java (PHE ONWJ) bersama tim ahli internasional di bidang
well control disebut telah memulai pengeboran untuk menghentikan gelembung gas di sekitar anjungan YY sejak Kamis, 1 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB.
Baca Juga: Pertamina Bersama Pemda, Bentuk Komite Bahas Kompensasi Tumpahan Minyak YYA-1 ONWJ premium Dalam siaran pers PHE ONWJ menyampaikan, hingga Rabu, 7 Agustus 2019, tahap pengeboran YYA1-RW memasuki kedalaman sekitar 540 meter dan sedang dalam tahap persiapan pengeboran hole section 17-1/2". Pengeboran ini dimulai dua hari lebih cepat dari jadwal semula dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya bilang kegiatan mobilisasi Rig Jack Up Soehanah di sekitar lokasi relief well dilakukan bersamaan dengan proses survey geohazard dan geotechnical. “Beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan simultan sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal," ungkap Ifki dalam siaran pers dikutip Rabu (7/8). Asal tahu saja, munculnya gelembung gas di sekitar anjungan YY yang dioperasikan PHE ONWJ berawal pada Jumat dini hari, 12 Juli 2019. Sesuai standar keselamatan, PHE ONWJ menghentikan aktivitas pengeboran dan mengaktifkan Incident Management Team (IMT). Pekerja PHE ONWJ berupaya maksimal menanggulangi kondisi yang tidak normal tersebut sesuai prosedur operasi. Hingga pada 14 Juli 2019 dilakukan proses evakuasi. "Prioritas utama adalah keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan sekitar, ” tegas Ifki.
Baca Juga: Serba-serbi upaya menutup dan menghalau minyak akibat kebocoran Sumur YYA-1 Blok ONWJ Lebih jauh Ifki memastikan, PHE ONWJ terus berupaya optimal menahan tumpahan minyak dengan melakukan strategi proteksi berlapis di sekitar anjungan. Di lapis pertama, IMT memasang static oil boom sepanjang 4300 meter, sedangkan static oil boom di lapis kedua sepanjang 400 meter. Di lapis ketiga, ditempatkan 4 unit penyedot minyak (skimmer) untuk mengangkat minyak di perairan. Sterilisasi area sekitar platform YYA juga dilakukan PHE ONWJ dengan menyiagakan 45 kapal untuk melakukan oil spill combat, patroli dan standby firefighting. Drone dikerahkan untuk memonitor formasi statik boom dan pergerakan kapal. Untuk mencegah kebakaran, IMT mendedikasikan dua Anchor Handling Tug Supply (AHTS) sebagai kapal penyelamatan dan tanggap darurat. ”Satu demi satu peralatan ini didatangkan ke lokasi untuk memastikan penanggulangan dilaksanakan dengan baik dan benar,” ungkap Ifki. PHE ONWJ terus melakukan upaya penangkapan minyak dengan cara mengejar, melokalisir, serta menyedot ceceran minyak yang melewati batas sabuk oil boom di sekitar anjungan. Sementara itu, sejauh ini ada sembilan wilayah terdampak di Karawang meliputi Tanjung Pakis, Segar Jaya, Tambak Sari, Tambak Sumur, Sedari, Cemara Jaya, Sungai Buntu, Pusaka Jaya Utara dan Mekar Pohaci. Sementara dua pantai terdampak di Bekasi yakni Pantai Bahagia dan Pantai Bakti. Tim tanggap darurat juga disiagakan di sekitar kawasan Kepulauan Seribu.
Baca Juga: PHE ONWJ menangani sumur YYA-1 Disisi lain, Pemerintah Kabupaten Karawang membentuk Tim Kompensasi yang terdiri dari Lintas Dinas, Muspida, Muspika dan PHE ONWJ untuk penanganan kompensasi masyarakat akibat tumpahan minyak. Tim tersebut akan melakukan beberapa hal seperti merumuskan dan menetapkan standar nilai kompensasi sesuai hasil verifikasi. Masyarakat terdampak akan menyampaikan pengaduan kerugian ke posko pengaduan yag didirikan di setiap desa terdampak, kemudian dilakukan inventarisasi dan verifikasi oleh tim untuk memastikan data kerugian. Oil Spill Combact Team (OSCT) PHE ONWJ juga menggandeng TNI dan Polri serta lebih dari 1.000 orang dan telah mengumpulkan lebih dari 950.000 karung limbah minyak di pesisir.
Pemantauan udara dan laut dalam radius 50 –100 km menggunakan helikopter Pelita Air Service. Patroli di perairan Karawang dibantu Kapal Patroli DitpolairBaharkam POLRI. Ifki menyatakan Pertamina akan melakukan upaya maksimal sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian atas peristiwa di Laut Jawa tersebut. “Seluruh pimpinan maupun keluarga besar Pertamina menyatakan prihatin atas peristiwa tersebut dan juga atas dampak yang mengikutinya,” kata Ifki. Koordinasi intensif juga dilakukan dengan SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian LHK, TNI dan POLRI, Kemenko Maritim, Kemenko Perekonomian, Pemerintah Daerah, BNPB, Basarnas, Walhi, KKKS dan berbagai instansi lainnya. “Kami berterima kasih pada semua pihak yang turut berpartisipasi dan mendukung penanganan sumur YYA-1,” tegas Ifki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini