BEIJING. Sementara pasar dunia memperhatikan lekat-lekat pergerakan bursa China dan yuan, industri manufaktur Negara Tembok Besar menyimpan gejolak. Tunggakan gaji buruh dan ancaman pemangkasan karyawan menyebarkan keresahan mulai dari pabrik hingga perusahaan konstruksi. Protes buruh tahun lalu tumbuh dua kali lipat menjadi 2.774. Di bulan Desember, demonstrasi karyawan tertinggi diwarnai 400 insiden.
"Protes buruh meningkat sejak Agustus lalu, sekitar devaluasi yuan yang diikuti crash bursa, sementara ekonomi hampir tak memperlihatkan perbaikan berarti," kata Geoffrey Crothall, Direktur Komunikasi di lembaga advokasi buruh China Labour Bulletin yang berbasis di Hong Kong. Dengan pelambatan ekonomi, perusahaan di Negeri Panda kian kesulitan mengumpulkan laba lebih baik. Sementara itu, pemerintah dianggap belum menunjukkan langkah tepat untuk meningkatkan kepercayaan diri investor. Selama ini, korporasi memilih memangkas upah mingguan dan berupaya sebisa mungkin menjaga ketenagakerjaan. "Tapi ekspektasi sekarang, mungkin akan lebih banyak pemangkasan karyawan," kata Andrew Polk, Senior Ekonom di Conference Board’s China Center. Pemerintah China menyatakan, tingkat pengangguran masih berada di kisaran 4%. Namun angka ini tak berubah sejak pelambatan menekan ekonomi. Dengan kenaikan upah pekerja yang lebih tinggi ketimbang pertumbuhan Produk Domestik Bruto, Board’s China Center memperkirakan, tingkat pengangguran China berada di kisaran 6%.
Hilangnya sisa kejayaan industri tambang Berdasarkan indeks manufaktur China, perusahaan telah melakukan pemangkasan karyawan dalam 11 bulan terakhir. PHK yang cukup tinggi terjadi di perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor di kawasan selama Pearl River Delta China. Lantaran gaji pekerja naik 10% selama 2013 dan 2014, 570 perusahaan di Guangdong yang disurvei Agustus lalu mengatakan, rata-rata memangkas karyawan 3,5% dalam setahun tersebut. Pemangkasan buruh kasar (
low skilled) lebih besar lagi, mencapai 5%. PHK juga melanda industri alat berat dan konstruksi, dipicu kelebihan kapasitas dan kinerja merah perusahaan. Perdana Menteri China Li Keqiang pada 4 Januari lalu meinta perusahaan memprioritaskan pemangkasan kapasitas berlebih dan tidak menambah kapasitas baru. Hal ini dia ungkapkan di Shanzi, provinsi penghasil batubara besar di China. Industri batubara telah memangkas 890.000 pekerja sejak tahun 2013. "Ini setara jumlah penambahan pekerja ketika
booming pertambangan tahun 2007," kata Ernan Cui, Analyst di perusahaan riset Gavekal Dragonomics di China. Industri baja juga yang kelebihan kapasitas telah melepas 550.000 pekerja dalam periode yang sama. "Masuk akal jika dua sektor ini memangkas 1 juta pekerja di tahun 2016," tulis Cui.
Lembaga konsultan SDM Mercer di Shanghai menyebut, hanya sepertiga perusahaan multinasional di kota-kota besar China yang berencana menambah pekerja di tahun 2016. Ini merupakan jumlah terkecil sejak 2009. Perusahaan asing juga berencana menaikkan upah 6,9%, terkecil sejak tahun 2009. "Ini akan menjadi tren dalam beberapa tahun ke depan," kata Elley Cao, pendiri Mercer. Memang, industri jasa di China bertumbuh. Namun, tak banyak menciptakan lapangan kerja untuk profesional, melainkan lebih banyak posisi seperti pramusaji atau pencuci piring di restoran. "Tahun ini, saya mengira akan lebih susah mencari kerja," kata seorang pekerja pabrik berusia 30 tahun di Provinsi Hunan. Dia mengaku tidak puas dengan gajinya namun rata-rata upah di tempat lain tak banyak berbeda.
Editor: Sanny Cicilia