PHRI Sebut Para Pengelola Hotel Sudah Mulai Antisipasi Penyebaran Cacar Monyet



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut para pelaku industri perhotelan sudah mulai mewaspadai bahaya penyebaran virus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan, pengelola-pengelola hotel di Indonesia sebenarnya sudah mulai melakukan langkah antisipasi yang bersifat preventif terhadap ancaman penyebaran cacar monyet.

Hanya saja, harus diakui upaya pendeteksian dini cacar monyet yang dilakukan oleh pihak hotel masih menggunakan pendekatan yang sama dengan pandemi Covid-19. 


“Di Indonesia sepertinya belum ada sarana deteksi dini khusus untuk cacar monyet. Kami masih terapkan cara yang sama seperti pencegahan Covid-19,” ungkap dia, Senin (29/8).

Baca Juga: INKA Gandeng VKTR, Bangun Ekosistem Industri Kendaraan Listrik di Indonesia

Terlepas dari itu, PHRI memastikan para pengelola hotel berkomitmen untuk mencegah penyebaran cacar monyet di seluruh area hotel. Pengelola hotel juga terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit apabila diperlukan penanganan atau tindak lanjut terhadap tamu yang terjangkit virus tersebut.

Upaya pencegahan dinilai sangat penting mengingat virus cacar monyet awalnya berasal dari luar negeri, kemudian dapat menjangkiti orang-orang yang ada di Indonesia. Kegiatan wisata yang sangat berkaitan dengan industri perhotelan pun patut mendapat perhatian lebih, apalagi wisatawan mancanegara sudah diperbolehkan melancong ke Indonesia.

“Pencegahan awal pasti ada di bandara dan pelabuhan, terutama yang menangani kedatangan penumpang internasional. Tapi dari sisi hotel pun juga tetap mewaspadai virus ini,” terang dia.

Meski tidak dipaparkan secara rinci, Maulana menyebut bahwa saat ini kondisi bisnis perhotelan Tanah Air sudah membaik namun belum pada level yang stabil. Tingkat okupansi kamar hotel sempat meningkat signifikan di periode Mei-Juli lantaran adanya sentimen libur panjang lebaran Idul Fitri dan libur sekolah.

Namun, memasuki bulan Agustus tampak tingkat okupansi hotel di Indonesia terjadi penurunan. Hal ini lebih disebabkan berkurangnya kegiatan korporasi dan pemerintah yang memanfaatkan hotel sebagai tempat menginap.

Baca Juga: Pengamat: Kemenhub Harus Berhati-hati dalam Mendesain Kenaikan Tarif Ojol

Kendati demikian, PHRI meyakini tingkat okupansi kamar hotel di Indonesia bisa kembali meningkat di sisa tahun ini. Maulana optimistis setidaknya rata-rata okupansi kamar hotel secara nasional bisa tumbuh 5% sampai akhir tahun nanti. Ini didukung oleh pelonggaran mobilitas masyarakat, maraknya kegiatan pemerintah dan korporasi, hingga momen libur akhir tahun.

PHRI belum menghitung seberapa besar dampak yang bisa dihasilkan oleh penyebaran cacar monyet terhadap kinerja bisnis perhotelan. Pada dasarnya, masih ada beberapa aspek lainnya yang bisa mempengaruhi tingkat okupansi hotel di sisa tahun ini.

“Harga tiket pesawat yang tinggi dan naiknya harga-harga barang juga bisa mempengaruhi keinginan orang untuk menginap di hotel,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi