Piala Dunia kerek suara Rouseff



RIO DE JANEIRO. Kesuksesan tim nasional sepakbola Samba Brasil melenggang ke babak perempat final Piala Dunia membuat elektabilitas Dilma Rousseff, Presiden Brasil melesat. Sebelumnya, perempuan nomor wahid di Brasil ini mendapatkan protes keras dari warganya lantaran menggunakan uang pajak untuk membiayai Piala Dunia.

"Rousseff tetap menjadi favorit untuk memenangkan pemilihan kembali pada 5 Oktober," ujar Christopher Garman, Direktur Negara Berkembang dan Amerika Latin, Eurasia Group, perusahaan konsultan di Washington seperti dikutip Bloomberg, Kamis(3/7).

Popularitas Rousseff merosot di tahun lalu ketika banyak warga Brasil protes turun ke jalan. Alasannya, dana sebesar US$ 11 miliar yang digunakan oleh Pemerintah Brasil untuk Piala Dunia bisa dialokasikan untuk peningkatan layanan kualitas pendidikan, kesehatan dan angkutan umum.


Namun, protes ini menyusut ketika gong Piala Dunia dibuka. Warga Brasil berbondong-bondong ke stadion dan duduk di depan televisi untuk menonton pertandingan sepakbola. Apalagi tim Brasil menorehkan jumlah gol yang cukup banyak melebihi Piala Dunia 2010. "Semuanya berjalan dengan baik, di mana kerusuhan sosial? Sata ingin memuji rakyat Brasil," ujar Sepp Blatter, Ketua Federasi Sepakbola Dunia (FIFA).

Penjualan tiket selama babak penyisihan di Grup Brasil dan Cile mencapai 500.000 tiket. Begitupun juga dengan jumlah penonton Globo TV naik 29% dalam 32 pertandingan dibandingkan Piala Dunia sebelumnya yang diselenggarakan di Afrika Selatan.

Untuk meraih simpati masyarakat, Rousseff dan timnya melakukan retorika kampanye dengan cara menyalahkan lawan politiknya karena berusaha merusak Piala Dunia dengan menyebarkan gosip bahwa Brasil tidak mampu menjadi tuan rumah. "Mereka secara sistematis berbohong tentang kejuaraan ini," kata Dilma .

Sementara itu, Fernando Henrique Cardoso, mantan Presiden Brasil membantah bahwa pihak lawan mengharapkan kegagalan Piala Dunia. "Beberapa orang melawan biaya penyelenggaraan tetapi kami tidak menentang Piala Dunia," jelas Fernando, anggota Partai Neve.

Editor: Fitri Arifenie