Piaraan Tampil Menawan, Dompet Anda Jadi Tampan



h090625_16_doggyBAGI kaum urban Jakarta, binatang peliharaan ibarat keluarga. Tak usah heran bila mereka juga didandani layaknya manusia. Hal ini memunculkan peluang bagi pemasok pernak-pernik bagi hewan peliharaan. Pesaingnya belum banyak, lo.Sejak zaman nenek moyang, hewan peliharaan telah menjadi sahabat manusia. Ada hewan ternak yang dipelihara untuk memenuhi kebutuhan makanan manusia, ada pula hewan piaraan yang menjadi kawan, bahkan lazim tinggal di dalam rumah. Tetapi, saat ini, posisi hewan peliharaan bukan hanya sebagai teman. Mulai awal tahun 1990-an, muncul fenomena baru. Para pemilik hewan menginginkan piaraannya tampil modis seperti sang tuan. Mulailah mereka memakaikan sepatu, pakaian, celana, topi, hingga menyediakan rumah khusus bagi piaraan tersebut. Meluasnya perhatian terhadap binatang peliharaan membuat mereka berkumpul dan membentuk komunitas. Coba saja cari komunitas pecinta binatang di mesin pencari Google. Setidaknya ada 114.000 komunitas yang bisa Anda temukan. Mereka aktif mengadakan berbagai pertemuan untuk bertukar cerita tentang binatang peliharaan. Tak jarang mereka mengadakan kontes untuk memamerkan kecantikan dan ketampanan si hewan peliharaan dengan dandanan yang unik. Fenomena tersebut memunculkan peluang tumbuhnya bisnis baru: bisnis penyediaan aksesori dan peralatan hewan peliharaan. Biasanya, dagangan yang dipajang di sejumlah toko hewan (pet shop) adalah barang-barang impor yang harganya cukup mahal. Ini menjadi masalah bagi pecinta binatang yang isi dompetnya pas-pasan. Agar menggaet pelanggan lebih banyak, para pemilik toko hewan mencari pemasok peralatan hewan asal lokal. Salah satu pemain bisnis ini adalah Henoch Adinugraha dan Novita Kurniawati. Pasangan suami istri asal Malang ini memang memiliki anjing peliharaan. “Istri saya melihat kasur untuk anjing di film-film, kemudian tertarik membuatnya,” kenang Henoch. Kebetulan Novita adalah seorang penjahit. Ia pun mencoba membuat kasur untuk anjingnya. Ternyata, ada kolega Henoch dan Novita yang tertarik dan memesan kasur tersebut. Melihat peluang ini, Henoch meminta Novita membuat banyak kasur anjing, lalu menawarkan ke sejumlah pet shop yang ada di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Kasur untuk si doggy dan si meong buatan Henoch itu berhias gambar karakter kartun, seperti Doraemon, Piglet, Leopard, dan Dalmatian. Kasur-kasur tersebut laris manis. Untuk menambah produksi, Henoch dan Novita merekrut tujuh orang karyawan. Ketika memulai usaha tersebut, Henoch hanya berbekal duit Rp 500.000. Kini, usahanya sudah berkembang pesat. Saban bulan omzet dia bisa mencapai Rp 20 juta. Margin keuntungannya terbilang besar, yaitu 40%. Usaha yang baru berjalan delapan bulan itu pun sudah balik modal. Selain menawarkan produk ke pet shop, Henoch juga menjual lewat internet. Ia bergabung jadi anggota forum jual-beli online di Kaskus. Belakangan pesanan dari anggota komunitas internet justru lebih banyak ketimbang permintaan dari toko hewan. Maklum, kasur anjing yang dijual lewat forum internet harganya lebih murah karena dibeli langsung dari produsen. Harga kasur untuk kucing dan anjing buatan Henoch berkisar Rp 70.000 hingga ?Rp 135.000. Rata-rata setiap bulan pesanan kasur mencapai 500 buah. Oh, iya, Henoch menawarkan empat model kasur: oval, cozy cave, kotak, dan bulat. Kasur yang paling diminati adalah kasur model oval dan bulat dengan harga antara ?Rp 70.000 hingga Rp 110.000. Kandang anjing besar Selain kasur, di pasaran juga bisa kita temukan kandang anjing yang unik. Salah satu pemasok kandang anjing, khususnya untuk anjing jenis besar, adalah Teo Djong. Pemilik merek dagang Decoplast ini sengaja membuat kandang untuk anjing jenis herder, rottweiler, pitbull, dan dobberman. Teo memulai usaha sejak tahun 1990-an saat usaha toko hewan tengah booming. Waktu itu ia menanam modal sebesar Rp 10 juta. Padahal tadinya, uang tersebut akan ia gunakan untuk membuka bengkel. 0807m3_15_crl_doggydolly2Teo sempat jatuh bangun karena rumah anjing buatannya tidak terjual. Maklum, waktu itu ia belum memiliki jaringan pemasaran yang memadai. Tapi, akhirnya, dia menjadi pemasok ke beberapa pet shop yang ada di Jakarta. Usahanya mulai terlihat cerah ketika kerusuhan massal terjadi di tahun 1998. Ketika itu, rumah-rumah mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara menjadi korban pembakaran oleh massa yang kalap. Tetapi, rumah-rumah yang dijaga anjing besar, seperti jenis rottweiler, lolos dari ?amukan massa. Sejak saat itu banyak orang mulai memelihara anjing besar. “Ini membuat pet shop gencar memesan kandang untuk jenis anjing besar,” kenang Teo. Di awal tahun 2000, Teo memberanikan diri menempelkan merek Decoplast pada produknya. Ia pun mulai gencar berpromosi dan merekrut dua orang pekerja untuk membantunya. Meski begitu, Teo tetap menjaga hubungan baik dengan pet shop dan masih memenuhi order mereka. Kandang anjing buatan Teo dijual seharga Rp 2 juta per unit. Kandang tersebut biasanya berukuran panjang 1,5 meter (m), lebar 1 m, dan tinggi 1,3 m. Saban bulan Teo bisa mengantongi omzet minimal Rp 30 juta dengan margin keuntungan 45%. Ia bilang, permintaan kandang anjing besar bisa mencapai 20 unit sebulan. Teo mengklaim, kandang buatannya punya daya tahan 3 tahun-4 tahun karena terbuat dari besi baja dan besi siku. “Inilah keunggulan buatan kami dibanding kandang aluminium yang bisa rusak hanya dalam waktu 3 bulan,” paparnya. Baju ala superhero Selain pembuat kasur dan kandang, ada juga pemasok pakaian binatang peliharaan. Salah satunya Yudianto. Pria yang memulai usahanya sejak 6 bulan lalu itu kini mampu meraup omzet Rp 4 juta per bulan dengan margin keuntungan 30%. 070710_21_anjingokSemula ia hanya iseng saja membuat pakaian anjing yang unik, seperti kostum Superman. Tidak disangka, respons pasar cukup bagus. Permintaan mulai mengalir dari pemilik toko hewan, pemilik anjing, dan kucing. Harga pakaian hewan bikinan Yudi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 155.000. Pemain lain adalah Agustine Sally. Ia sering mengikutsertakan anjingnya dalam kontes dan sering menjadi juara. “Dari situ, ada permintaan membuat pakaian anjing,” jelasnya. Sejak tahun 2004, Sally dan tiga orang rekannya memasarkan pakaian anjing. Hasilnya lumayan. Makanya, mulai tahun 2008, Sally yang masih berstatus mahasiswi ini mantap memproduksi pakaian hewan dengan label Butik Doggy. Sally kini dibantu empat orang penjahit untuk memproduksi 500 potong pakaian anjing dalam sebulan. Harga rata-rata pakaian tersebut Rp 30.000- Rp 75.000 per potong. Selain di pasar lokal, produknya sudah menembus pasar Singapura dan Jepang. Sally boleh bangga, omzet usahanya saat ini mencapai Rp 15 juta-Rp 37,5 juta sebulan dengan keuntungan 40%. Wah, sayang binatang bisa mendatangkan rezeki, ya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: