Pidato Trump berhasil menahan pelemahan dollar AS pagi ini



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Posisi dollar AS masih terus menguat pada transaksi Rabu (13/11). Data Reuters menunjukkan, dollar AS menyentuh level tertinggi dalam sebulan terakhir versus euro dan bergerak flat mendekati level tersebut di US$ 1,012 pada Rabu pagi.

Sementara, yuan China melemah melampaui level 7 per dollar AS setelah pidato Presiden AS Donald Trump dan stabil di kisaran 7,0232 per dollar AS di pasar offshore hari ini.

Jika berhadapan dengan yen Jepang, dollar AS stabil di 108,97 yen, tidak jauh di bawah level tertingginya dalam 5,5 bulan terakhir di level 109,48 yen yang terjadi pada pekan lalu.


Adapun poundsterling Inggris stabil di level US$ 1,2850 dan dollar Australia di posisi US$ 0,6842 per dollar AS.

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Masih Minim Katalis Positif

Pergerakan dollar AS pagi ini dipengaruhi oleh pernyataan Trump yang mengatakan kesepakatan dagang dengan China 'hampir tercapai" namun tidak memberikan informasi detil mengenai negosiasi kedua negara. Kondisi itu yang mendorong the greenback perkasa.

Harapan akan terciptanya kesepakatan dan penarikan tarif antar kedua negara, telah mendongkrak performa indeks dollar AS sebesar 1% di sepanjang pekan ini ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir di level 98,423 terhadap keranjang mata uang utama dunia.

Baca Juga: Secara teknikal ada kans rupiah melemah pada perdagangan besok, ini alasannya

Sebenarnya, pidato Trump kemarin banyak terfokus pada kebijakan suku bunga The Fed yang dinilainya gagal dalam memberlaukan kebijakan suku bunga murah. Selain itu, Trump juga sedikit menyinggung soal kecurangan China dalam perdagangan dengan AS.

Meski demikian, pidatonya bahwa kesepakatan dagang bisa tercapai dalam waktu dekat, berhasil menahan kejatuhan dollar AS.

"Retorikanya sangat banyak, namun detilnya sangat sedikit. Kondisi ini membuat market tidak bisa bertindak bijaksana," jelas National Australia Bank's senior FX strategist Rodrigo Catril dalam risetnya seperti yang dilansir Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie