Jalan Cipinang Besar, jalur Kalimalang, Jakarta Timur terlihat terang benderang pada Jumat sore (29/4). Wajar saja, puluhan pedagang buah yang menempati sisi kiri Jalan Cipinang Besar memasang sejumlah lampu-lampu di kios-kios mereka yang berderet di sepanjang jalan tersebut.Selain untuk penerangan, lampu ini juga diatur sedemikian untuk menarik perhatian orang yang lewat supaya mampir dan membeli aneka buah mereka jajakan. "Di sini pembeli paling ramai datang selepas magrib," tutur Fatma Suganda, pemilik toko buah Dian Mandiri.Fatma sudah paham benar jam ramai pembeli karena ia sudah 27 tahun berdagang di sentra tersebut. Asal tahu saja, sentra buah Cipinang Besar ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Fatma bercerita, awalnya, hanya ada belasan pedagang di kawasan tersebut. "Ketika saya mulai berdagang di sini tahun 1986, baru ada 12 kios," katanya. Kini, pedagang di lokasi tersebut telah berkembang menjadi 51 kios resmi. Ketua Kelompok Pedagang Buah Usaha Mikro di kawasan tersebut, Ratno bilang, pedagang di sentra buah Cipinang Besar terdaftar di data Walikota Jakarta Timur. "Kami bayar retribusi ke Pemda," ujar Ratno yang sudah menjadi ketua kelompok dalam 10 tahun terakhir.Saban hari, para pemilik kios mulai berdagang pukul 7 pagi hingga pukul 12 dinihari. Namun, pembeli paling ramai di sore hari menjelang malam. Pasalnya, para pekerja dari Jakarta yang kembali ke Bekasi, seringkali singgah untuk membeli buah.Para pedagang menjajakan hampir seluruh jenis buah di sentra ini. Mulai dari alpukat, pepaya, melon, semangka, apel, pir hingga anggur. Tak ketinggalan buah-buah musiman, seperti kelengkeng, durian dan rambutan. "Buah yang tidak ada, hanya yang jarang dicari seperti kiwi dan leci," kata Fatma.Ratno yang telah berdagang sejak tahun 1993 bilang, keberadaan kelompok pedagang buah menjadikan sentra tersebut lebih terjaga. Soalnya, lewat kelompok ini, para pedagang kerap melakukan kegiatan bersama seperti arisan. Koordinasi pun lebih mudah.Bahkan, jika ada kegiatan adipura atau pembinaan dari pemerintah, ketua dan anggota kelompok kerap diikutsertakan. "Kebersihan dan keamanan di sini terjaga, sebab kami bayar retribusi Rp 8.000 per hari untuk sewa tempat, kebersihan dan keamanan," tutur Ratno, pemilik kios Sumber Rejeki.Fatma mengamini. "Sejauh ini, selalu aman, ada yang jaga karena kita bayar keamanan," klaimnya. Memang, ketika KONTAN menyambangi sentra ini, lokasinya bersih dan terang, sehingga pembeli merasa nyaman. Sayang, sentra ini tak dilengkapi lokasi parkir yang memadai. Maklum, lokasinya di pinggiran jalan, sehingga kendaraan pembeli harus diparkir di pinggir jalan dan memakan satu jalur. Tak jarang, parkir yang sembarangan ini menjadi sumber kemacetan di kawasan itu pada pagi dan sore hari. Lantaran sentra ini membidik kalangan menengah dan pembeli cukup ramai, tak heran pemilik kios bisa meraup omzet besar. Fatma mengaku, bisa meraih omzet Rp 40 juta-Rp 50 juta sebulan. Sementara Ratno mengantongi omzet Rp 40 juta hingga Rp 60 juta sebulan. "Kalau ramai bisa sampai Rp 80 juta," ucapnya. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Pilah-pilih buah segar di Cipinang Besar (1)
Jalan Cipinang Besar, jalur Kalimalang, Jakarta Timur terlihat terang benderang pada Jumat sore (29/4). Wajar saja, puluhan pedagang buah yang menempati sisi kiri Jalan Cipinang Besar memasang sejumlah lampu-lampu di kios-kios mereka yang berderet di sepanjang jalan tersebut.Selain untuk penerangan, lampu ini juga diatur sedemikian untuk menarik perhatian orang yang lewat supaya mampir dan membeli aneka buah mereka jajakan. "Di sini pembeli paling ramai datang selepas magrib," tutur Fatma Suganda, pemilik toko buah Dian Mandiri.Fatma sudah paham benar jam ramai pembeli karena ia sudah 27 tahun berdagang di sentra tersebut. Asal tahu saja, sentra buah Cipinang Besar ini sudah ada sejak tahun 1980-an. Fatma bercerita, awalnya, hanya ada belasan pedagang di kawasan tersebut. "Ketika saya mulai berdagang di sini tahun 1986, baru ada 12 kios," katanya. Kini, pedagang di lokasi tersebut telah berkembang menjadi 51 kios resmi. Ketua Kelompok Pedagang Buah Usaha Mikro di kawasan tersebut, Ratno bilang, pedagang di sentra buah Cipinang Besar terdaftar di data Walikota Jakarta Timur. "Kami bayar retribusi ke Pemda," ujar Ratno yang sudah menjadi ketua kelompok dalam 10 tahun terakhir.Saban hari, para pemilik kios mulai berdagang pukul 7 pagi hingga pukul 12 dinihari. Namun, pembeli paling ramai di sore hari menjelang malam. Pasalnya, para pekerja dari Jakarta yang kembali ke Bekasi, seringkali singgah untuk membeli buah.Para pedagang menjajakan hampir seluruh jenis buah di sentra ini. Mulai dari alpukat, pepaya, melon, semangka, apel, pir hingga anggur. Tak ketinggalan buah-buah musiman, seperti kelengkeng, durian dan rambutan. "Buah yang tidak ada, hanya yang jarang dicari seperti kiwi dan leci," kata Fatma.Ratno yang telah berdagang sejak tahun 1993 bilang, keberadaan kelompok pedagang buah menjadikan sentra tersebut lebih terjaga. Soalnya, lewat kelompok ini, para pedagang kerap melakukan kegiatan bersama seperti arisan. Koordinasi pun lebih mudah.Bahkan, jika ada kegiatan adipura atau pembinaan dari pemerintah, ketua dan anggota kelompok kerap diikutsertakan. "Kebersihan dan keamanan di sini terjaga, sebab kami bayar retribusi Rp 8.000 per hari untuk sewa tempat, kebersihan dan keamanan," tutur Ratno, pemilik kios Sumber Rejeki.Fatma mengamini. "Sejauh ini, selalu aman, ada yang jaga karena kita bayar keamanan," klaimnya. Memang, ketika KONTAN menyambangi sentra ini, lokasinya bersih dan terang, sehingga pembeli merasa nyaman. Sayang, sentra ini tak dilengkapi lokasi parkir yang memadai. Maklum, lokasinya di pinggiran jalan, sehingga kendaraan pembeli harus diparkir di pinggir jalan dan memakan satu jalur. Tak jarang, parkir yang sembarangan ini menjadi sumber kemacetan di kawasan itu pada pagi dan sore hari. Lantaran sentra ini membidik kalangan menengah dan pembeli cukup ramai, tak heran pemilik kios bisa meraup omzet besar. Fatma mengaku, bisa meraih omzet Rp 40 juta-Rp 50 juta sebulan. Sementara Ratno mengantongi omzet Rp 40 juta hingga Rp 60 juta sebulan. "Kalau ramai bisa sampai Rp 80 juta," ucapnya. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News