KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan hari Jumat (30/8) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup menguat 39,35 poin atau naik 0,63% ke level 6.328,47. Sektor aneka industri, properti, perdagangan, keuangan, pertambangan, dan infrastruktur bergerak positif menjadi kontributor terbesar pada kenaikan IHSG. Sementara, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 68,5 miliar. Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai salah sentimennya karena pemberlakuan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China sudah resmi. Per Minggu (1/9) kemarin, AS dan China secara efektif saling menaikkan tarif masing-masing.
Baca Juga: RI Punya Peluang Terbuka untuk Mengincar Pajak Google premium AS memberlakukan kenaikan tarif tahap pertama sebesar 15% atau sekitar lebih dari US$ 125 miliar impor dari China. Artinya, lebih dari dua pertiga barang konsumsi AS yang diimpor dari China memiliki pajak yang lebih tinggi. Barang-barang tersebut antara lain pakaian, sepatu, barang olahraga, dan lain-lain. Sementara, kenaikan tahap kedua akan dilakukan per 15 Desember nanti sebesar 15%. Sebagai balasan, China mengumumkan pemberlakuan tarif tambahan pada beberapa barang Amerika yang masuk dalam daftar senilai US$ 75 miliar. Tarif tambahan sebesar 5% dan 10% dikenakan pada 1.717 item dari total 5.078 produk yang berasal dari AS. China juga tengah mengumpulkan daftar produk yang belum terkena tarif sekarang. Hal itu dikarenakan China juga akan memungut tarif tambahan pada 15 Desember mendatang. Selain itu, pertama kalinya dalam perang dagang, China menetapkan tarif sebesar 5% pada impor minyak mentah AS. Terlebih lagi, AS dan China berencana melakukan pertemuan yang akan berlangsung pada Kamis pekan ini. Nico menilai hal tersebut membuat pasar masih optimis dan menaruh asa atas rencana pertemuan kedua negara. Akan tetapi, investor juga masih khawatir karena gejolak di Argentina. Menteri Keuangan Argentina Herman Lacunza mengumumkan pemerintah mereka ingin memperpanjang jangka waktu obligasi pemerintah. Lacunza menggambarkan perubahan jatuh tempo utang tersebut sebagai
reprofiling utang, yang tentu dapat berdampak terhadap investor.
Baca Juga: Siap Hadapi Krisis, Bank Sistemik Siapkan Strategi premium Terlebih lagi, lembaga pemeringkat S&P telah mengumumkan memangkas peringkat utang Argentina tiga
notch ke tingkat peringkat
junk bond, menjadi CCC-. Hal tersebut menambah tekanan Argentina yang berdampak kepada negara
emerging markets. Pilarmas Investindo Sekuritas menilai, kasus yang dihadapi Argentina saat ini lebih kepada solvabilitas dan tidak hanya menyangkut tentang likuiditas. Meski volatilitas dan tekanan tinggi, pelaku pasar dan investor banyak berharap dari Bank Indonesia (BI) yang mengatakan hadir di pasar untuk menjaga stabilitas. Hal itu menjadi sentimen positif bagi pasar. Ditambah lagi, BI siap melakukan intervensi dalam rangka menjaga pasar, baik dari sisi rupiah maupun obligasi. Pelaku pasar dan investor juga cukup optimis menyambut rilis data Manufacturing PMI yang rencananya akan dikeluarkan pada hari ini. Walaupun indeks Manufacturing PMI mengalami perlambatan pada bulan Juli lalu, yaitu turun menjadi 49,6 dari 50,6 pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Tarif impor AS-China berlaku, harga minyak turun Namun, pemerintah meyakini pertumbuhan investasi untuk sektor manufaktur dapat meningkat hingga tahun 2020. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan mengatakan pertumbuhan PMTB tahun depan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini karena adanya 25 proyek investasi senilai Rp 290,6 triliun yang telah memperoleh
tax holiday. Oleh karena itu, Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi secara teknikal IHSG berpeluang bergerak menguat dan dapat diperdagangkan di level 6.292-6.351. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati