KONTAN.CO.ID - Muncul pertanyaan, apakah Bitcoin atau emas yang merupakan investasi yang lebih baik? Ada banyak pendapat terkait hal ini. Misalnya saja, miliarder sekaligus penggemar kripto Mark Cuban, lebih mendukung Bitcoin dan meremehkan emas. Sebaliknya, CEO Euro Pacific Capital Peter Schiff lebih memilih emas. Melansir Fortune.com, Nassim Nicholas Taleb juga punya pemikiran sendiri. Pada minggu ini, penulis buku terlaris New York Times 2010 The Black Swan, merupakan salah satu di antara sedikit orang ikut terlibat dalam perdebatan itu.
Dalam sebuah wawancara dengan mingguan Prancis L'Express, kejatuhan harga Bitcoin yang mencapai lebih dari 60% sejak awal tahun 2022, gagal membuatnya terkesan. Menurutnya, salah satu masalah dengan Bitcoin adalah dirinya tidak yakin dengan minat, mentalitas, dan preferensi generasi mendatang. "Teknologi datang dan pergi, emas tetap ada, setidaknya secara fisik. Setelah diabaikan untuk waktu yang singkat, Bitcoin pasti akan runtuh,” demikian pendapat Taleb. Dia menambahkan, “Tidak dapat diharapkan bahwa entri pada register yang memerlukan pemeliharaan aktif oleh orang-orang yang tertarik dan termotivasi—beginilah cara kerja Bitcoin—akan mempertahankan sifat fisiknya, syarat untuk nilai moneter, untuk jangka waktu berapa pun.”
Baca Juga: Miliarder Ini Ramal Harga Bitcoin Bisa Meroket ke Level US$ 250.000 di 2023 Ditanya tentang asal muasal “kegemaran akan mata uang kripto”, dia menunjuk pada suku bunga rendah dalam 15 tahun terakhir. “Menurunkan suku bunga menciptakan gelembung aset tanpa harus membantu perekonomian,” katanya. “Modal tidak lagi memerlukan biaya apapun, pengembalian bebas risiko atas investasi menjadi terlalu rendah, bahkan negatif, mendorong orang untuk berspekulasi. Kami kehilangan pemahaman tentang apa itu investasi jangka panjang. Ini adalah akhir dari keuangan yang sebenarnya,” paparnya lagi. Salah satu hasilnya, menurutnya, adalah “tumor ganas seperti Bitcoin.”
Menariknya, Taleb mendukung Bitcoin sejak awal. Pada saat itu, seperti yang dia jelaskan kepada L'Express, dia malah mengkritik kebijakan Ketua Fed saat itu Ben Bernanke. Bernanke, katanya, tidak melihat risiko struktural dari sistem sebelum krisis 2008, dan bereaksi berlebihan setelahnya. “Alih-alih mengoreksi utang dan mengurangi risiko tersembunyi, dia menutupinya dengan kebijakan moneter yang seharusnya hanya bersifat sementara. Saya salah mengira Bitcoin akan menjadi benteng melawan distorsi kebijakan moneter ini.”
Baca Juga: Bagaimana Bitcoin di 2023? Ada yang Meramal Naik 1.400%, Ada yang Prediksi Jatuh 70% Editor: Barratut Taqiyyah Rafie