Pilih-Pilih Produk Investasi di Perbankan Saat Bunga Tinggi, Mana Paling Menarik?



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tren era bunga tinggi membuat sejumlah produk investasi yang ditawarkan bank terlihat menarik. Ambil contoh deposito, dengan bunga tinggi sebagian bank mau tidak mengerek suku bunga simpanannya demi menarik nasabah menyimpan dananya di bank. 

Dari amatan Kontan, selama enam bulan ini terdapat beberapa bank yang telah menaikkan bunga simpanannya. Misalnya saja Bank Jago yang semula telah menurunkan bunga depositonya, kemudian kembali menaikkannya pada Juni lalu.

Saat ini bunga deposito Bank Jago untuk simpanan Rp1 juta hingga Rp49,99 juta menjadi 4,25% per tahun. Kemudian, simpanan di Rp50 juta hingga Rp99,99 juta menjadi 4,75% per tahun dan di atas Rp100 juta adalah 5,25% per tahun.


Selain Bank Jago, Superbank tahun ini dengan berani menawarkan bunga simpanan tabungan tertinggi di industri, yakni sebesar 10% per tahun. Bisa dibilang ini tabungan rasa deposito. 

Belum lagi rata-rata bank digital yang menawarkan bunga tabungan dan deposito yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum konvensional. Namun Perencanaan Keuangan Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini menyarankan, agar tidak menaruh portofolio investasi di satu tempat saja, apalagi di bank digital yang cenderung tidak dijamin oleh LPS.

"Deposito bank digital dengan bunga 8-9% per tahun cukup menarik saat ini, saya melihat deposito bank digital mungkin menjadi pilihan yang paling aman dan menarik untuk jangka pendek," ungkap Mike kepada Kontan, Rabu (3/7)

Menurut Mike produk deposito bank digital memberikan imbal hasil yang tinggi dengan risiko yang relatif lebih rendah. Mike menyarankan untuk menyimpan dana di bank digital dengan jangka waktu di bawah satu tahun.

Baca Juga: Dolar Mendominasi Transaksi Global, Ambil Cuan dari Deposito USD Bunga Hingga 5% p.a

Selain deposito, produk reksadana juga menarik untuk dipilih dalam berinvestasi, karena investor dapat lebih fleksibel dan tepat sasaran mengatur kebutuhan investasinya karena diatur oleh manajer investasi.

Penempatan di reksadana, juga  beragam seperti seperti reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, hingga reksadana syariah. Sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

"Reksadana cocok untuk investasi jangka menengah, misal menyiapkan dana untuk menikah atau renovasi rumah," ungkap Mike.

Sementara itu untuk penempatan dana investasi di instrumen obligai ritel saat suku bunga diproyeksikan turun, maka harga obligasi cenderung akan turun, sehingga Mike mengatakan investor harus berhati-hati dengan risiko capital loss

"Obligasi jangka pendek di bawah 1 tahun mungkin lebih aman, karena lebih terlindung dari kenaikan suku bunga," ungkapnya.

Baca Juga: Kinerja Instrumen Reksadana Bervariasi di Semester Pertama 2024, Mana yang Terbesar?

Adapun saham emiten bank, menurut Mike lebih cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga. Kenaikan suku bunga dapat menekan kinerja dan profitabilitas bank, sehingga berdampak negatif pada harga sahamnya. 

Mike menyebut risiko saham juga lebih tinggi, terutama jika terjadi perlambatan ekonomi sepertinya  tingginya inflasi, dan pengangguran, dapat mempengaruhi kinerja dan profitabilitas bank. 

Pasalnya kemampuan bank dalam mengelola likuiditas dan kredit macet juga menjadi faktor penting. Jika bank mengalami kesulitan likuiditas dan kredit macet, dapat berdampak negatif pada harga sahamnya.

"Deposito relatif lebih aman dibandingkan obligasi dan saham, karena risiko lebih rendah. Namun, ketika suku bunga turun, imbal hasil deposito juga akan menurun," ungkap dia.

Sementara itu Perencanaan Keuangan, Eko Endarto mengatakan obligasi ritel pemerintah cocok untuk jangka menengah, dan tidak disarankan untuk jangka panjang. 

Sebagaimana diketahui, saat ini sedang berlangsung penawaran obligasi seri SBR013 yang menawarkan kupon6,45% dengan tenor 2 tahun, dimana menjelang penutupan penawarannya, kuota pemesanan SBR013 sisa sekitar Rp 2,70 triliun. Sementara yang terjual tembus Rp 17,28 triliun.

"Tapi dari sisi risiko, dengan tingkat imbal hasil sampai dengann 6% pastinya cukup bagus dan menarik," ungkap Eko.

Eko juga lebih menyarankan produk deposito bank untuk invesatasi jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih