KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berjanji bisa memberikan dividen lebih dari Rp 60 triliun pada tahun ini. Nilai tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebesar Rp 50 triliun. "Insya Allah bisa memberikan dividen yang tinggi kepada negara yang mungkin targetnya Rp 50 triliun, mungkin pasti akan tembus di atas Rp 60 triliun ini pencapaian tertinggi," jelas Erick Thohir, Senin (13/2). Jika dicermati indeks kumpulan saham-saham BUMN, IDX BUMN20 sudah meningkat 1,79% sepanjang tahun berjalan ini. Terpantau saham
BRIS melesat paling kencang 24,81%.
Namun perlu dicermati dari sejumlah saham BUMN tak semuanya punya fundamental yang prima. Terbaru ada, PT Waskita Karya Tbk (
WSKT) yang tengah menghadapi risiko obligasi jatuh tempo Rp 2,3 triliun.
Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) Mau Divestasi di Jasamarga Transjawa Tol, Berapa Nilainya? Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menilai dari sejumlah sektor yang ada, dia menilai sektor keuangan terutama emiten perbankan pelat merah bisa dicermati. Pertimbangannya, para emiten perbankan BUMN berhasil mencetak kinerja yang ciamik sepanjang 2022. Misalnya ada
BMRI yang berhasil meraup laba bersih Rp 41,17 triliun dan
BBRI senilai Rp 51,40 triliun. "Selain itu, secara historis emiten perbankan BUMN menawarkan dividen yield yang relatif tinggi sehingga dividen yang dibagikan akan relatif besar," kata Rio kepada Kontan.co.id, Rabu (15/2). Senada, Head of Retail Research CGS-CIMB Sekuritas Fanny Suherman menilai biasanya BUMN yang sehat tidak jauh dari
big banks. Apalagi bank jumbo ini memberikan dividen yang besar. "Secara historikal dividen besar ini akan dibagikan sekitar Maret. Jadi bisa diperhatikan sekitar itu, mungkin ada potensi
rebound pada saham-saham
big banks," tandas dia.
Baca Juga: Saham BSI (BRIS) Melonjak 15,83% pada Penutupan Pasar Rabu (15/2), Ini Kata Analis Masih Layak Dikoleksi
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Trihantoro menilai saham-saham BUMN masih layak untuk dipertimbangkan menjadi portofolio, seiringan dengan membaiknya makro ekonomi Indonesia. "Namun demikian para investor tentunya harus lebih jeli dalam menilai kinerja emiten," tutur dia.
Sementara, Rio bilang memang secara pergerakan indeks, IDX BUMN 20 masih cenderung terkonsolidasi. Namun masih menarik untuk dilirik terutama secara jangka panjang. "Masih menarik terutama jangka panjang, menyusul upaya pemulihan kinerja emiten yang bermasalah dan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% pada 2023," jelas dia. Secara fundamental, Rio merekomendasikan BBRI, BMRI,
BBNI yang punya PER lebih rendah dari rata-rata di sektor keuangan di 15,49 kali per Januari 2023. Adapun per Selasa (15/2), PER BBRI mencapai 14 kali, BMRI 11,64 kali dan BBNI 9,53 kali. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati