KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditengah-tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan volatilitas tinggi, tidak ada salahnya melirik saham-saham
secondliner. Meski
bluechips yang terkoreksi belakangan cukup menarik, namun
secondliner dengan fundamental baik juga jangan dilewatkan. Apalagi yang cukup defensif terhadap pelemahan indeks. Mana saja yang bisa dicermati? Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan saham-saham
secondliner bisa menjadi pilihan ketika pergerakan harga
bluechips mengalami koreksi cukup dalam.
Dia menyarankan untuk memilih saham-saham secondliner dengan pergerakan harga yang defensif. “Dalam arti pergerakan harga emiten tersebut tidak terimbas efek negatif dari penurunan IHSG,” terang Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (4/5). Dalam memilih saham
secondliner, investor perlu memperhatikan aksi korporasi dan kinerja fundamental perusahaan yang positif. Dari beberapa saham, dia merekomendasikan BJTM yang masih dalam tren
uptrend, APLN, SRIL, dan BJBR dengan pergerakan harga saham yang masih
sideways. Nafan merekomendasikan
buy BJTM dengan target harga 770, BJBR dengan target harga 2340, APLN dengan target harga 222, SRIL dengan target harga 428, BWPT dengan target harga 410, dan DOID dengan target harga 1.390. William Surya Wijaya,
Vice President Research Departemen Indosurya Bersinar Sekuritas menyatakan beberapa saham
secondliner masih menarik untuk dicermati. Diantaranya seperti BJTM, TOTL, MYOR, dan WTON. Saham-saham tersebut secara jangka panjang, masih memiliki fundamental yang menarik. “Selain faktor fundamental, lihat juga seperti apa produk mereka di masyarakat,” kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (4/5). Dia melihat saham BJTM masih menarik karena pertumbuhan wilayah Jawa Timur saat ini patut dipertimbangkan. Hal ini juga bisa berpengaruh terhadap bisnis perbankan. Sedangkan pada TOTL dan MYOR juga dinilai masih memiliki fundamental yang menarik. “Memang ada isu pelemahan daya beli, tapi itu kan saat ini. Saham ini berbicara prospek jangka panjang yang masih menarik,” tambahnya. Selain itu, dia juga melihat WTON masih layak untuk dipertimbangkan. Pasalnya, produk emiten ini masih banyak digunakan untuk pembangunan. Lihat saja seperti pembangunan MRT. Selain itu, dia memprediksi ada tren peralihan penggunaan
precast sebagai produk bahan baku bangunan. Untuk itu, dia melihat masih menarik. Dia juga melihat, saham SMCB juga layak dipertimbangkan karena produknya banyak digunakan, sebagai contoh di Jakarta dalam proses pembangunan trotoar. William masih merekomendasikan
buy saham-saham tersebut. Diantaranya MYOR dengan target harga 3.800, TOTL dengan target harga 1.100, BJTM dengan target 900, WTON dengan target harga 900, dan SMCB dengan target harga 1050. Meski demikian, dia menambahkan, investor jangan mengabaikan faktor sentimen market global. “Ini juga bisa mempengaruhi saham
secondliner secara
temporary,” katanya.
Kiswoyo Adi, Analis Narada Asset Management menyatakan banyaknya saham
bluechips turun, bisa menjadi kesempatan untuk memborong saham. Meski demikian, ada beberapa saham
secondliner yang masih menarik dikoleksi. Diantaranya karena memiliki fundamental yang cukup
solid. “ZINC masih cukup bagus karena dia punya
smelter dan bisa membuat profit terus naik,” kata Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Jumat (4/5). Selain itu, juga cenderung menjagokan emiten perkebunan seperti BWPT dan GZCO. Pasalnya, emiten ini memiliki usia tanaman yang produktif. Dalam lima tahun ke depan, emiten ini masih cukup prospektif. Namun, dia cenderung menghindari saham-saham anak usaha BUMN karya karena dinilai masih penuh dengan tantangan. Dia menyarankan investor memperhatikan faktor fundamental emiten. Sampai dengan akhir tahun, Kiswoyo merekomendasikan
buy ZINC dengan target harga 2.700,
buy GZCO dengan target harga 100, dan BWPT dengan target harga 350. “PER mereka memang masih mahal, mereka masih perbaikan fundamanetal yang belum kelihatan oleh pasar,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi