Pilih reksadana sesuai profil risiko



JAKARTA. Reksadana sebagai salah satu instrumen investasi terus bertumbuh. Namun, di tengah tekanan inflasi akibat rencana pemotongan subsidi bahan bakar minyak (BBM), unit penyertaan (UP) dan dana kelolaan reksadana bergerak cukup fluktuatif.

Menurut data PT Infovesta Utama, unit penyertaan (UP) reksadana pendapatan tetap di April turun 2,06% menjadi 19,47 miliar unit dibanding sebulan sebelumnya. Unit penyertaan reksadana saham pun turun 0,61% di April menjadi 28,91 miliar dibanding sebulan sebelumnya.

Namun, dana kelolaan reksadana saham di April menanjak 2% menjadi Rp 79,03 triliun dibanding Maret. Dana kelolaan reksadana campuran juga meningkat menjadi Rp 23,27 triliun.


Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen Agus Basuki Yanuar menjelaskan, penurunan UP reksadana pendapatan tetap dan saham di April lantaran terjadi penarikan (redemption). Aksi redemption di reksadana saham terjadi karena aksi ambil untung.

Sementara pada reksadana pendapatan tetap, redemption terjadi karena investor bermigrasi ke instrumen investasi lain seperti reksadana saham dan campuran. Pengalihan portofolio ini merupakan antisipasi investor akibat tergerusnya yield obligasi.

Waktunya top-up

Agus menyarankan, untuk memaksimalkan imbal hasil, investor harus jeli meracik portofolio sesuai profil risiko. Untuk investor konservatif, ia merekomendasikan 70% aset dialokasikan di reksadana pasar uang. Sisanya, diparkir ke reksadana saham.

Adapun, bagi investor moderat, bisa  membenamkan 50% aset pada reksadana pendapatan tetap atau deposito. Sebagian lagi bisa ditempatkan pada reksadana campuran dan reksadana saham. Sementara investor agresif bisa mengalokasikan 70% asetnya pada reksadana saham dan campuran. Sisanya pada reksadana pendapatan tetap.

Agus bilang, investor tidak perlu khawatir akan koreksi bursa saham. "Pertimbangan waktu bukan hal yang terpenting, tapi alokasi aset lebih menentukan untuk mengoptimalkan return," ujar Agus.

Direktur PT Lautandhana Investment Management Grace N. Wiragesang menilai, pilihan investasi yang tepat bagi investor dengan profil konservatif adalah 40% reksadana pasar uang dan 60% reksadana pendapatan tetap. Bagi investor moderat, pembelian 50% pada reksadana pendapatan tetap, dan 50% reksadana saham dan campuran bisa jadi pilihan. Sementara untuk investor agresif, pemilihan reksadana saham dengan investasi berkala bisa jadi pertimbangan.    

Analis Infovesta Utama Vilia Wati menyarankan investor bisa memanfaatkan momen koreksi bursa saham dengan melakukan top up reksadana. "Ini bertujuan untuk memperoleh harga rata-rata unit yang lebih rendah," ujar Vilia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini