Pilih saham IPO yang defensif



JAKARTA. Menjelang hajatan besar pemilihan umum (pemilu) beberapa perusahaan akan segera masuk ke pasar saham melalui Initial Public Offering (IPO). Upaya ini memang cukup tepat.  Akhmad Nurcahyadi, analis AMCapital menuturkan dalam analisa. Pilihan saham IPO dan kenapa saat ini waktu yang tepat untuk IPO.

Menurut dia, saat ini kondisi pasar saham masih lebih kondusif. Kita tidak tahu kondisi pasar setelah pemilu nanti. Apakah calon pemimpin nantinya sesuai dengan harapan pasar? Apakah arah kebijakan ekonomi dapat mendukung keinginan pasar?

Kondisi lain yang bisa mempengaruhi adalah sentimen eksternal. Sebab seperti kita tahu, Amerika Serikat berpotensi menghentikan stimulus alias tapering di semester II.


Karena itu, investor juga cenderung tertarik membeli saham anyar itu, sekarang ini. Meski demikian, investor harus tetap mempunyai panduan agar tak terjeblos pada saham perusahaan baru ini. Yang terpenting adalah fundamental perusahaan tersebut.

Menurut saya, sebaiknya pilihlah sektor yang defensif dan rendah risiko. Misal, PT Wika Beton, karena kebutuhan akan beton masih terus bertumbuh. Begitu juga perusahaan yang bergerak di bidang hiburan, PT Graha Layar Prima yang mengoperasikan bioskop Blitz Megaplex, cukup menarik.

Calon emiten media, seperti, PT Intermedia Capital, perusahaan yang memiliki televisi swasta ANTV juga menarik. Ini karena potensi kinerja perusahaan media akan terdongkrak dari pendapatan iklan politik

Selain fundamental, faktor lain yang harus diperhatikan adalah harga saham yang ditawarkan. Agar lebih mudah sebaiknya, dibandingkan dengan emiten sejenis. Apakah price earning ratio (PER) lebih rendah atau justru sebaliknya.

IPO Blue Bird Group, misalnya, sebaiknya dibandingkan dengan emiten sejenis yakni PT Express Trasindo Utama Tbk (TAXI). Jika harganya lebih murah akan menarik. Secara fundamental, saham emiten transportasi sedikit terganggu karena potensi kenaikan harga bahan bakar minyak. Emiten lain yang tak menarik adalah yang bisnisnys terpengaruh suku bunga dan pelemahan rupiah.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana