Pilih saham murah di saat pasar labil



JAKARTA. Krisis utang Eropa masih membayangi pasar saham domestik! Alhasil, laju Indeks Harga Saham Gabungan berpotensi melemah dalam jangka pendek.

Investor asing terus membukukan jual bersih selama 13 hari berturut-turut. Di periode ini, pemodal asing mencatatkan penjualan bersih atau net sell senilai Rp 6,56 triliun.

Wait and see tampaknya menjadi langkah terbaik saat pasar masih labil seperti saat ini. Namun, tidak ada salahnya investor membuka peluang dari penurunan harga sebagian saham di Bursa Efek Indonesia.


Kepala Riset Sinarmas Sekuritas Jeff Tan menganggap pelemahan IHSG menjadi kesempatan bagi pelaku pasar untuk masuk secara bertahap. "Kami tertarik dengan saham emiten sektor semen," ungkap dia. Contohnya adalah saham Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) dan Holcim Indonesia (SMCB).

Toh, penjualan semen tetap tumbuh, didukung oleh marak proyek infrastruktur dan properti. "Segmen ini juga relatif tak terlalu terpengaruh hiruk pikuk Eropa," ucap Jeff.

Saham properti juga masih menarik. Menurut analis Reliance Securities Andy Wibowo Gunawan, saham pengembang kawasan industri, seperti Surya Semesta Internusa (SSIA) pun layak koleksi. Pasalnya, foreign direct investment (FDI) dalam tren naik.

Harga saham berkapitalisasi besar dengan fundamental kokoh, seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan United Tractors (UNTR) juga patut dicermati. "Bisnis yang dijalani emiten tersebut masih berpotensi tumbuh, meski saat ini harga sahamnya terkena sentimen negatif," kata Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management.

Oleh karena itu, investor perlu masuk pasar di saat tepat. Apalagi, tak semua saham blue chip menarik untuk dikoleksi saat ini, termasuk saham emiten batubara.

Indeks saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia (Jakarta Mining Index) menyentuh 2.199,85. Ini adalah posisi terendah indeks pertambangan dalam setahun terakhir. Namun demikian, praktisi pasar saham Kiswoyo Adi Joe menilai, investor tidak perlu menjauhi semua saham pertambangan. Ada saham emiten batubara yang masih menarik, seperti saham Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan saham Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN) yang terbilang murah.

Dia memprediksi harga ITMG di akhir tahun ini berpotensi naik 30%-45% menuju Rp 45.000 - Rp 50.000 per saham. "Harga BORN bisa di atas Rp 1.000 per saham di akhir tahun ini," ungkap Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: