Pilihan saham para manajer investasi



JAKARTA. Tren penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka peluang bagi manajer investasi untuk meningkatkan return produk masing-masing. Manajer investasi mulai menyiapkan strategi pemilihan saham, agar menghasilkan return yang maksimal. Satu sektor yang menjadi pilihan adalah saham infrastruktur.

Manajer investasi yang memilih saham infrastruktur seperti PT Emco Asset Management. Yohanis, Direktur Emco Asset Management, menuturkan, akan menempatkan lebih banyak dana di saham sektor infrastruktur dan saham sektor keuangan.

Secara fundamental, kedua sektor itu, menurut Yohanis, berpotensi mencetak pertumbuhan di jangka panjang. Untuk sektor manufaktur, katalis pertumbuhan adalah agenda pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.


Saham yang menjadi pilihan Emco seperti saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan saham PT Wijaya Karya Tbk. Di sektor keuangan, Emco menjagokan saham PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.

Emco juga akan berinvestasi di saham komoditas. Yohanis berharap, dengan menempatkan dana di saham komoditas bisa meningkatkan kinerja dalam jangka pendek. Namun, dia mengaku kenaikan harga saham komoditas bersifat sementara.

Satu pilihan Emco adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Selain itu, "Saham-saham Grup Bakrie sudah murah dan ada kesempatan menguat," papar Yohanis.

Namun, penempatan dana Emco di saham komoditas tidak banyak. Menurut Yohanis, dua reksadana saham Emco, yaitu Emco Mantap dan Emco Growth Fund, akan overweight di saham properti, infrastruktur dan konsumer. Porsi saham konsumer mulai dikurangi karena pertumbuhan sudah melambat.

Menanti Oktober

Sedang PT CIMB Principal Asset Management overweight di saham sektor infrastruktur seperti JSMR, saham perusahaan konstruksi dan semen. Fadlul Imansyah, Vice President Head of Investment PT CIMB Principal Asset Management optimistis, return reksadana saham masih bisa bertambah 5% sampai akhir tahun ini. Itu bisa tercapai dengan asumsi IHSG mencapai 4.400, akhir tahun.

Untuk saham sektor komoditas, Fadlul mengungkapkan, akan menambah secara bertahap dan melepas jika sudah jenuh beli. Manajer investasi yang tertarik pada saham infrastruktur seperti PT MNC Asset Management (MNC AM). Selain itu, MNC AM juga akan membeli saham konsumer dan properti.

Direktur MNC AM, Suwito Haryatno mengatakan, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Mitra Adiperkasa Tbk menjadi pilihan mereka. Saham komoditas yang dinilai MNC AM masih prospektif adalah saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

MNC AM masih memantau kondisi pergerakan harga saham. Jika tetap stabil, MNC AM bermaksud meningkatkan penempatannya di produk pasar uang.

Waktu yang dinilai MNC AM tepat untuk masuk ke bursa adalah Oktober. Suwito beralasan, dengan mengakumulasi selama Oktober, maka return yang diraih bisa tinggi saat penghujung tahun, masa di mana, biasanya, terjadi window dressing.

Analis PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana sepakat, Oktober merupakan saat yang tepat membeli reksadana. Ia beralasan, fenomena window dressing mampu mengangkat kinerja reksadana paling tidak sampai akhir tahun.

"Masih ada potensi return 6% di akhir tahun," tutur Wawan. Dampak euforia quantitative easing tahap ketiga dinilai Wawan, akan bertahan hingga akhir tahun.

Saran Yohanis, investor yang memiliki tujuan investasi dalam jangka panjang, tetap disipling menambah kepemilikan setiap bulan. Saat IHSG mengalami koreksi, menurut Yohanis, bukan masa yang tepat untuk profit taking.

"Untuk memaksimalkan keuntungan sebaiknya hold dahulu hingga akhir tahun," ujar dia. Yohanis yakin, pertumbuhan reksadana saham masih akan tinggi hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana