KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham second liner kini banyak dilirik investor karena memiliki harga yang lebih murah dari saham blue chip. Namun, agar tak asal pilih investor baiknya tetap membedah kinerja dan fundamental saham second liner tersebut. William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas mengatakan mahal tidaknya harga saham sangat relatif. Menurutnya, meski kini saham blue chip dianggap mahal tetapi emiten tersebut masih bisa memberikan capital gain maka juga bisa membuat investor tertarik. "Saham second liner dianggap lebih murah memang dia belum naik, maka tetap investor harus membedah satu per satu saham," kata William.
Senada, Achmad Yaki, Analis BCA Sekuritas mengatakan meski beberapa harga saham second liner naik tinggi di awal tahun, yang memiliki kemampuan mempengaruhi pergerakan IHSG adalah tetap dari saham blue chip yang memang memiliki market cap besar. Menurutnya, meski saham blue chip secara valuasi sudah mahal tidak ada salahnya investor tetap masuk ke saham blue chip jika memang valuasi tinggi sejalan dengan fundamental emiten yang solid. Penting bagi investor untuk mempertimbangkan saham second liner yang tidak hanya murah tetapi juga memiliki fundamental dan prospek yang baik ke depannya. Achmad merekomendasikan BNLI dan AGRO untuk sektor perbankan. Achmad mengindikasikan non performing loan (npl) BNLI akan turun. "Buy BNLI, harga diatas Rp 700 saat ini valuasi masih murah," kata Achmad. Sementara, Achmad mengatakan AGRO ke depan ada rencana untuk naik buku dan melakukan
right issue cari pendanaan untuk akuisisi bank lain. Achmad menargetkan AGRO di Rp 650-Rp 725 per saham di akhir tahun. Pada sektor batubara, Achmad juga merekomendasikan DOID di target harga Rp 1.200-Rp 1.275 per saham. Tak ketinggalan, Achmad juga merekomendasikan ERAA di target harga Rp 900-Rp 950 per saham. Menurutnya, kebijakan pemerintah untuk mengurangi transaksi impor telepon genggam secara ilegal akan membawa dampak positif pada ERAA. Sementara, saham second liner pilihan William jatuh pada ADHI. Menurutnya ke depan sejalan dengan fokus pemerintah membangun infrastruktur kinerja ADHI ke depan akan melesat. William menargetkan harga saham ADHI di akhir tahun Rp 3.100 per saham.
Selain itu, William juga merekomendasikan MYOR di target harga Rp 3.000. Menurutnya sektor konsumer adalah saham yang defensif. "Tiap tahun kinerja MYOR bertumbuh dan produknya sangat baik diterima masyarakat," kata William. Pada sektor infrastruktur, William menjagokan TBIG di target harga Rp 7.400 per saham. Secara fundamental, William memproyeksikan pembangunan menara akan menuai banyak permintaan. "Bahkan di Jepang yang teknologinya sudah lebih canggih daripada Indonesia masih membutuhkan pembangunan menara, apalagi di Indonesia yang memiliki wilayah pegunungan dan lautan, kedepan masih dibutuhkan," kata William. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto