Pilkada Jawa Tengah 2018: Kepercayaan diri petahana vs optimise mantan menteri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua kali ditemui KONTAN, Petahana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menampilkan impresi penuh percaya diri, soal peluangnya kembali menduduki kursi Jateng 1.

KONTAN pertama kali menemuinya saat menghadiri peluncuran Acara Rumah Pilkada Rosi Spesial: Launching Rumah Pilkada, 18 Oktober 2017 di Menara Kompas, Jakarta. Saat itu, kata Ganjar, selain dirinya, ada 24 bakal calon yang akan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah 2018.

"Jika ditunjuk, saya tentu siap, karena kader kan harus ikut (partai)," katanya penuh percaya diri kepada KONTAN saat itu. "Proses berikutnya sekarang ada di level DPD. Kalau pengalaman saya lalu nanti akan ada survei, interview. Dan akhirnya kita tinggal keputusan Ketum."


Kepercayaan diri Ganjar membuahkan hasil. Minggu 7 Januari 2018, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri resmi kembali mengusung Ganjar sebagai calon gubernur Jawa Tengah 2018-2023. Ia didampingi oleh Taj Yasin, yang merupakan putra ulama karismatik Nahdlatul Ulama (NU) KH Maimun Zubair.

Selain didukung PDIP, Ganjar dan Gus Yasin turut pula didukung oleh PDIP, Partai Golkar, PPP, Partai Nasdem, dan Partai Demokrat.

Kali kedua KONTAN menemui Ganjar adalah pada Minggu, 7 Januari 2018, seusai acara pengumuman dukungan Partai Demokrat dalam Pilkada 2018. Pengumuman yang dibacakan langsung oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

Masyarakat boleh kaget soal akurnya Partai Demokrat dan PDIP dalam mengusung Ganjar dan Gus Yasin. Sebab dua ketua umumnya yang sama-sama mantan presiden memang kerap memiliki ketegangan yang tak usai. Namun Ganjar kembali menampilkan impresi yang nyantai.

Ia mengatakan, sinyal dukungan Partai Demokrat justru sudah jauh hari dinyalakan. "Komunikasi dengan Pak SBY sebenarnya sudah lama dilakukan, banyak yang dipesankan oleh Pak SBY lebih ke makro," katanya kepada KONTAN saat itu.

Meski demikian, Ganjar bisa jadi bukan faktor utama munculnya koalisi PDIP-Demokrat. Justru Gus Yasin lah aktor utamanya. Langkah menggaet Gus Yasin, bisa jadi tindakan antisipasi PDIP untuk tak dihantam isu SARA seperti Pilkada DKI Jakarta 2017.

Meski Jawa Tengah, merupakan basis Pemilih PDIP yang dapat dibuktikan dengan perolehan kursi DPRD yang mencapai 31 kursi, dua kali lipat lebih dibanding peringkat kedua yaitu PKB dengan 13 kursi. Menggaet Gus Yasin bisa jadi kolaborasi ampuh yang menjadi magnet koalisi bagi partai lain.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeini Mengatakan peran figur dan posisi petahana memang masih jadi salah satu pengerek suara dalam pemilihan kepala daerah.

"Daripada melawan petahana, dan harus mengeluarkan banyak biaya partai-partai lain berpikir akan lebih baik untuk mengusung si petahana," kata Titi kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Namun Titi melanjutkan, di tingkat provinsi pemilihan jadi lebih kompleks. Sebab, jika kombinasi antara digdaya petahana, elektabilitas, dan oportunisme partai politik mujarab menghasilkan pasangan calon tunggal di pilkada tingkat kabupaten maupun kotamadya. Di tingkat provinsi hal itu tak akan terjadi lantaran pertarungan bisa jadi unjuk eksistensi partai. Terlebih menjelang Pemilu 2019.

"Di tingkat provinsi, pilkada bisa jadi ajang pemanasan pemilu 2019, apalagi Jateng memiliki kantong suara yang besar. Pasti akan jadi ajang pertaruhan eksistensi partai," sambungnya.

Oleh karenanya, muncul sang penantang petahana yaitu pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah yang diusung koalisi PKB, Gerindra, PKS, dan PAN. Sebelum beralih ke penantang utama yaitu Sudirman Said, ada yang satu hal yang menarik dari pasangannya yaitu Ida Fauziyah, lantaran Ida juga berasal dari lingkaran NU. Ida merupakan Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga NU, dan juga pernah menduduki jabatan Ketua Umum Fattayat NU.

Artinya, dua kandidat pasangan Pilkada Jawa Tengah kelak akan berebut suara dari salah satu lembaga keagamaan terbesar di Indonesia ini kelak.

Sementara soal Sudirman Said, setelah tak menduduki jabatan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman sempat 'magang' dalam kerja-kerja kepala daerah saat memimpin tim sinkronisasi Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.

Portofolio tersebut tentu tak bisa dianggap remeh. Sebab dalam lima tahun kepemimpinan Anies-Sandi mendatang ada kontribusi Sudirman di sana. Sudirman yang turut membantu Anies-Sandi menerjemahkan beberapa persoalan pelik seperti reklamasi pantai utara Jakarta, program hunian murah, dan masih banyak lagi.

Ia yang memimpin penjaringan aspirasi masyarakat DKI Jakarta yang terakumulasi dalam kebijakan-kebijakan Anies-Sandi. Pertengahan Oktober lalu saat menyerahkan hasil kajian tim sinkronisasj kepada Anies-Sandi, Sudirman mengatakan Tim Sinkronisasi telah melaksanakan 200 rapat yang melibatkan kurang lebih 2400 warga DKI. Juga 18 kali pertemuan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan keterlibatan 2700 PNS DKI dan masyarakat.

"Dari 23 jenis janji keja Anies-Sandi telah diterjemahkan menjadi 167 program 527 kegiatan yang terbagi dalam 14 bidang," kata Sudirman kala itu. Namun, soal apakah hal tersebut relavan atau tidak akan jadi urusan 27 juta lebih warga Jateng yang miliki hak suara kelak.

Mengadu visi ekonomi kedua calon

Ganjar sebagai petahana bisa curi start dibandingkan Sudirman soal mengakumulasi program-program ekonomi untuk kembali duduk di kursi Jateng 1 mendatang. Ia cukup hafal soal potensi ekonomi Jateng yang tak hanya berguna untuk bertaring di pasar domestik melainkan di pasar global.

Dia mengaku telah melakukan inventarisasi masalah di Jateng sekaligus mengoptimalkan potensi ekonomi unggulan. Salah satu yang jadi utama adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Industri TPT, kata Ganjar memang butuh akselerasi guna meningkatkan daya saingnya dari negara-negara seperti Vietnam, dan Bangladesh.

"Butuh efisiensi perusahaan, kami sudah dorong beberapa di Semarang Raya, Solo Raya mereka kita dorong untuk memperbaiki mesin agar efisien. Kalau efisien kita bisa mengalahkan Vietnam," jelasnya.

Dari data Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, selama 2017 Industri TPT merupakan komoditas utama ekspor Jawa Tengah dengan nilai ekspor mencapai US$ 2,5 miliar, meningkat dibanding tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,3 miliar. Angka ini jauh dibandingkan ekspor produk mineral baik berasal dari migas maupun non migas yang selama 2017 berhasil membukukan nilai ekspor US$ 241 juta, meningkat dibandingkan selama 2016 yang berhasil membukukan nilai US$ 135 juta.

Konteks seperti ini tentu akan jadi tantangan besar bagi penantang petahana Sudirman Said. Ia yang punya pengalaman sebagai Menteri ESDM, harus cari strategi mengoptimalkan potensi ekonomi yang tak mengandalkan alam.

Dikutip dari kompas.com, visi ekonomi Sudirman Said justru masih berkutat mengandalkan potensi alam. Ia ingin mengentaskan kemiskinan melalui revitalisasi pertanian. Sebab menurutnya, bagaimanapun, tulang punggung ekonomi Jateng salah satunya ada di sektor pertanian.

Di Jateng katanya 77% adalah petani gurem. Kenyataannya mayoritas petani hanya punya 0,2 hektare sawah, selebihnya buruh tani. "Jika segala sektor tertata dengan baik dan berkesinambungan, insyaallah kemiskinan semakin berkurang. Ayo kerja, sejahtera bersama bangun Jateng bareng," kata Sudirman.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy juga berharap pemenang Pilkada Jateng 2018 dapat menciptakan iklim industri yang kondusif.

"Terutama soal regulasi pengupahan, kapasitas pekerja, dan energim selain itu juga soal perlindungan pasar dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk impor, kebijakan, kebijakan pengupahan, pendidikan utk pekerjanya, kebijakan energinya, perlindungan pasar dalam negeri atas produk impor yg illegal," kata Ernovian saat dihubungi Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati