KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, pemilihan kepala daerah Sumatera Utara (Sumut) tahun ini akan berlangsung dinamis dan kompetitif. Hal ini dikarenakan calon-calon gubernur dan wakil gubernur memiliki latar belakang yang berbeda-beda dan memiliki kekuatan masing-masing. Bahkan, dua di antara pasangan tersebut merupakan tokoh nasional. Tiga pasangan tersebut adalah Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus, JR Saragih dan Ance, serta Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.
Menurut Pangi, dua tokoh nasional tersebut yakni Djarot dan Edy akan paling besar menarik perhatian publik. Apalagi melihat sepak terjang keduanya. Menurut Pangi, Djarot sudah memiliki modal yang cukup, di mana dirinya sudah dikenal publik, tak hanya itu dirinya pun didukung oleh partai yang cukup besar pengaruhnya. Sementara itu, Edy dianggap memiliki basis kekuatan yang tidak perlu diragukan dan kekuatan partainya cukup kuat. “Tinggal bagaimana Edy yang berlatar belakang militer bisa diterima oleh masyarakat. Karena tata kelola sipil belum tentu dama dengan tata kelola militer,” ujar Pangi kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2). Dalam Pilkada Sumut ini, Djarot memang didukung oleh PDIP dengan 16 kursi DPRD Sumut dan PPP dengan 4 kursi. Edy didukung oleh Golkar sebanyak 17 Kursi, Gerindra 13 kursi, PKS 9 kursi, PAN 6 kursi dan Nasdem dengan 5 kursi. Sementara JR Saragih didukung oleh Partai Demokrat dengan 14 kursi, PKB 3 kursi dan PKPI sebanyak 3 kursi. Pangi menambahkan, ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini memiliki kesempatan yang besar untuk memenangkan pilkada. Terlebih, banyak pemilih Sumut yang belum menentukan pilihan. Ditambah, gubernur petahana Tengku Erry Nuradi, tidak maju dalam pilkada ini.
“Kalau incumbent maju, dia akan lebih diuntungkan. Karena itu, masing-masing pasangan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan pilkada ini. Persaingannya akan lebih kompetitif,” terang Pangi. Sementara itu, menurut Pangi latar belakang suku dianggap tidak akan terlalu berpengaruh dalam pilkada ini. Contohnya seperti Djarot yang merupakan suku Jawa tidak akan berpengaruh pada pemilih lantaran banyak pemilih Sumatera Utara yang juga bersuku Jawa. “Pemilih Sumut lebih bersifat pragmatis. Jadi bukan hanya pikiran dan kekuatan yang diadu tetapi juga adu uang,” tambah Pangi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto