KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemilihan presiden (pilpres) yang berpotensi hanya dilakukan satu putaran membantu menghapuskan ketidakpastian di pasar keuangan. Mata uang rupiah pun diperkirakan bakal menguat karena aktivitas investasi dapat segera kembali berputar. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menngamati pasar keuangan domestik cenderung mengalami penguatan pasca pemilu tanggal 14 Februari lalu. Rupiah menguat hingga di bawah level 15.600 per dolar Amerika Serikat (AS), sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga menguat hingga ke level 7.370. Josua menjelaskan, penguatan pasar domestilk ini seiring pelaksanaan pemilu presiden dan legislatif yang berjalan kondusif, serta hasil hitung cepat (quick count) dari berbagai lembaga survei yang mengindikasikan potensi pelaksanaan pemilu presiden satu putaran.
Sebelumnya, mengingat terdapat 3 calon capres & cawapres, maka pemilu 2024 berpotensi berlanjut ke putaran kedua pada bulan Juni, yang dapat menimbulkan periode ketidakpastian yang berkepanjangan dan pada gilirannya akan mempengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Dengan peluang pilpres satu putaran maka akan menghilangkan sebagian ketidakpastian yang mungkin membebani belanja konsumen dan investasi dalam beberapa bulan mendatang,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (19/2).
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,05% ke Rp 15.631 Per Dolar AS di Akhir Perdagangan Senin (19/2) Meskipun hasil tidak resmi, Josua mengatakan, setidaknya hasil sementara quick count menghilangkan beberapa ketidakpastian. Namun masih terdapat beberapa hal yang tetap perlu diwaspadai. Pertama, hasil resmi mengkonfirmasi kemenangan dan menghindari putaran kedua. Kedua, susunan kabinet dan penunjukan menteri-menteri penting pada pemerintahan mendatang. Ketiga, apakah kebijakan atau prioritas pemerintahan mendatang yang akan disampaikan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang. Khususnya terkait keberlanjutan kebijakan terutama di bidang ekonomi apakah akan dilakukan oleh pemerintah berikutnya. Josua memperkirakan defisit transaksi berjalan yang terkendali untuk tahun 2023 dan 2024. Untuk tahun 2023, neraca transaksi berjalan diproyeksi mengalami sedikit defisit sebesar -0,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dibandingkan dengan surplus PDB sebesar 0,98% pada tahun 2022. Ke depannya, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap terkendali dengan ekspansi moderat ke level -0,70% dari PDB. Lebih lanjut, Josua menuturkan, dengan kemungkinan pemilu presiden satu putaran, maka investor akan fokus pada kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Dan mengingat terdapat ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada semester II-2024 ini, maka kepercayaan investor terutama investor asing cenderung akan menguat.
“Selanjutnya berpotensi mendukung berlanjutnya kinerja positif pasar modal hingga akhir tahun 2024 ini,” imbuhnya. Selain investasi portofolio, Josua menyoroti, investasi langsung baik PMDN dan PMA juga diperkirakan akan meningkat pada semester kedua 2024. Sehingga investasi riil diharapkan menjadi faktor pendukung stabilitas nilai tukar rupiah hingga akhir tahun 2024. Josua memperkirakan tren penguatan nilai tukar rupiah bakal terjadi pada semester kedua 2024. Rupiah diperkirakan akan beranjak dari posisi Rp 15.397 per dolar AS di akhir tahun 2023 menjadi Rp15.000 - Rp15.300 per dolar AS di akhir tahun 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat