KONTAN.CO.ID - DW. "Kami telah melakukan pertemuan rahasia dengan anggota angkatan bersenjata dan pasukan keamanan. Kami telah menawarkan amnesti kepada semua orang yang dinyatakan tidak bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan," tulis Juan Guaido dalam sebuah opini yang dipublikasikan di harian New York Times, Kamis (31/1). "Penarikan dukungan militer terhadap Maduro sangat penting untuk memungkinkan perubahan dalam pemerintahan," tambahnya. Guaido, Ketua Majelis Nasional Venezuela yang berusia 35 tahun itu minggu lalu mendeklarasikan dirinya sebagai presiden interim dan menuntut Presiden Nicolas Maduro meletakkan jabatan, menyusul krisis ekonomi berkepanjangan di negara itu.
Presiden AS Donald Trump segera mengakui Guaido sebagai pimpinan Venezuela, diikuti oleh Kanada dan beberapa negara Amerika Selatan. Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya mengeluarkan ultimatum kepada Nicolas Maduro dan menuntut pemilihan umum baru. Jika sampai hari Minggu (3/2) Maduro tidak menyetujui pemilu baru yang bebas dan adil, Jerman dan negara-negara Eropa menyatakan akan mengakui Juan Guaido sebagai pemimpin Venezuela. Aksi protes oposisi Ribuan warga Venezuela hari Rabu (30/19 kembali menggelar aksi protes menentang pemerintahan Nicolas Maduro. Para peserta aksi menyatakan ingin membentuk masa depan baru bagi Venezuela dan mendukung pimpinan oposisi Juan Guaido. Penyelenggara mengklaim bahwa aksi protes tersebut digelar serentak di 5.000 kota dan desa Venezuela. Salah seorang peserta, dokter Hugo Rosillo, memrotes situasi medis yang mengerikan di rumah sakitnya karena tidak ada kucuran dana dari pemerintah dan langkanya obat-obatan. "Rumah sakitnya sekarang berubah ibaratnya menjadi gudang penyimpanan mayat, karena saya dan rekan-rekan dokter kekurangan obat yang diperlukan untuk mengobati penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan", kata Risillo menggambarkan gawatnya situasi di sektor pelayanan kesehatan. Jurnalis asing ditahan Pihak berwenang Venezuela hari Rabu menahan tiga jurnalis asing dan seorang pengemudi lokal yang bekerja untuk kantor berita Spanyol EFE, kata perusahaan media itu. Aparat keamanan menuduh media turut berkampanye untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.