PINA: Pengembangan 10 Bali baru masih tahap penyiapan master plan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) menyebutkan, pembiayaan 10 kawasan wisata prioritas atawa proyek Bali Baru masih dalam tahap menyiapkan masterplan.

Kendati begitu, CEO PINA Ekoputro Adijayanto mengatakan, dari 10 proyek Bali Baru sudah ada satu proyek yang sudah siap dari sisi finansialnya yakni Labuan Bajo.

"Dari 10 sudah ada satu proyek yang sudah diketahui berapa jumlah investasinya yakni Labuan Bajo yang sekitar US$ 3 juta, sementara yang lain-lainnya masih dalam tahap master plan," ungkapnya di Gedung Bappenas, Selasa (17/4).


Adapun penyusunan master plan tersebut dilakukan bersama-sama dengan tim yang ada di Bappenas dan Kementerian Pariwisata. Sekadar tahu saja, sepuluh destinasi wisata prioritas itu yakni Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maluku Utara.

Meski begitu, Eko menyebutkan masih belum diketahui skema apa yang digunakan investor dalam pengembangan proyek-proyek pariwisata tersebut. Tapi memang, diakuinya, sepuluh proyek pengembangan wisata prioritas dikaji untuk menggunakan skema PINA karena kebutuhan investasi yang diperlukan untuk pengembangan kawasan, sangat besar.

Dari sisi investor, Eko menyebut sudah ada yang telah menyatakan ketertarikan berinvestasi di 10 Bali Baru seperti Huatsing China dan investor dari Australia. Sebelumnya, Dirut PT Huatsing Housing Kopelindo Wijaya mengatakan, pihaknya tertarik untuk berinvestasi di Labuan Bajo.

Untuk itu pada saat ini Huatsing sedang melakukan finalisasi atas perusahaan yang akan diajak joint venture dalam pengembangan Labuan Bajo di NTT.

Eko juga menyampaikan di tahun ini PINA menargetkan bisa kumpulkan US$ 3 miliar atawa mencapai Rp 40 triliun untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dikerjakan pemerintah.

Adapun jumlah tersebut naik tiga kali lipat dari realisasi tahun lalu. "Proyek-proyek yang diterapkan di tahun lalu sebesar US$ 1 miliar, itu diitung dari sisi ekuitasnya," lanjut dia.

Adapun proyek-proyek yang dibiayai, kata Eko, sangat bervariasi seperti Waskita Toll Road-Jalan tol Trans Jawa dan Non Trans Jawa (18 proyek dengan total nilai proyek Rp 135 triliun/US$ 10.000 juta), PT Indonesia Power-Pembangkit Listrik (6 proyek dengan total nilai proyek Rp 78,3 triliun), dan Bandara Kertajati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat