JAKARTA. Investor mulai merespons aturan kepemilikan bank yang dirilis Bank Indonesia (BI) Juni 2012 silam. Mereka kembali memproses permohonan akuisisi bank-bank kecil. Antara lain Bank Ina Perdana, Bank Mestika Dharma dan Bank Maspion. Menariknya, investor yang menaksir ketiga bank tersebut kini bertambah. Dan, muka-muka baru itu tidak semuanya asing, namun ada juga pemodal lokal. Saat ini, mereka bersiap menjadi pemegang saham mayoritas dan berkomitmen mengembangkan bank hingga jangka panjang. Sekadar mengingatkan, ketiga bank tersebut, sebelumnya nyaris mendapatkan pemilik baru. Namun, BI menunda pemberian izin dengan alasan menyiapkan aturan. Bank Ina dan Bank Mestika diminati investor asal Malaysia, yakni Affin Bank dan RHB Capital. Adapun Bank Maspion ditawar China Construction Bank, asal negeri Panda.
Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana, mengatakan, ada dua investor lokal sedang melakukan pendekatan. Keduanya berlatarbelakang lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank. Karena masih tahap penjajakan, Edy enggan membocorkan identitas mereka. "Masih tahap diskusi. Nanti kalau sudah mengajukan izin ke BI akan kami informasikan," katanya kepada KONTAN, Senin (3/9). Saat investor lain mendekati Bank Ina, Affin Bank justru meninjau kembali rencananya. Pasalnya, Affin Bank bukan perusahaan terbuka, adapun saham yang ingin dikuasainya di atas 40%. Menurut aturan BI, Affin tak bisa merealisasikan keinginannya itu. Jika tetap target semula, Affin Bank harus melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). "Setelah IPO mungkin akan Affin akan melanjutkan akuisisi, tapi prosesnya tidak mudah," ujar Edy. Dikuasai PT Kharisma Prima Karya sebanyak 99%, dan Oki Widjaja dengan saham 1%, Bank Ina menanti investor baru untuk memperkuat permodalan. Saat ini, kata Edy, Bank Ina sulit berekspansi karena rasio kecukupan modal (CAR) per Juni 2012 sebesar 14%. Dengan rencana penyaluran kredit Rp 150 miliar pada semester II-2012 ini, CAR akan tergerus menjadi 12% pada akhir tahun. Jika tak ada investor baru, pemegang saham mayoritas masih sanggup menyuntikan modal sebesar Rp 30 miliar pada semester dua ini. Meski terlihat kecil, tambahan tersebut mengamankan posisi CAR hingga akhir 2012. "Namun untuk tahun 2013 kami bicarakan kembali," ucapnya. Strategi IPO Hendra Halim, Wakil Direktur Utama Bank Mestika Dharma,menuturkan setelah beleid kepemilikan terbit, RHB Capital kembali mengajukan pinangan. Rencananya investor asal Malaysia akan menguasai kepemilikan hingga 40%. Mereka juga sudah mengirim proposal terbaru ke BI. "Mereka masih tertarik," kata Hendra. Dia juga mengklaim, tengah didekati investor baru, sebuah bank asing. Dari sisi permodalan, Bank Mestika terbilang kuat. Per Juni 2012 CAR mencapai 30%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 24%. Hingga akhir tahun perseroan membidik pertumbuhan kredit sebesar 20% atau mencapai Rp 4,5 triliun.
Saat bank kecil lain sibuk mencari peminat, Bank Maspion menempuh jalan berbeda. Herman Halim, Direktur Utama Bank Maspion,mengatakan pihaknya akan menggelar penawaran saham umum perdana atau IPO pada Desember 2012. Cara ini lebih strategis dibandingkan mencari investor baru. "Kami ingin menjadi bank terbuka," katanya. Setelah proses IPO, Bank Maspion akan melakukan penawaran umum terbatas atau right issue. Namun, belum ada kejelasan berapa persen saham yang akan dilepas. Soal tawaran dari China Construction Bank, Herman sudah tidak lagi memikirkan. Raksasa perbankan asal China itu mengurungkan niat meminang Maspion, karena tidak nyaman dengan aturan BI. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: