KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina EP Cepu (PEPC) memutuskan memindahkan fabrikasi ke dalam negeri demi menjamin kelangsungan proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) ditengah merebaknya virus corona di sejumlah negara. Direktur Utama PEPC Jamsaton Nababan bilang sejumlah pabrik peralatan tersebar di sejumlah negara yang terdampak corona. Bahkan salah satu pabrik
part terletak di Wuhan. "Ada satu part di fabrikasi di Wuhan, namun kami sudah mengambil langkah strategis fabrikasinya dipindahkan ke Indonesia atas seizin lisensor," ujar Jamsaton melalui video conference, Kamis (19/2).
Baca Juga: Menteri ESDM: Harga gas US$ 6 per mmbtu mulai 1 April, termasuk untuk pembangkit Jamsaton melanjutkan, dengan pemindahan sebagian proses fabrikasi ke dalam negeri membuat potensi keterlambatan material dapat diminimalisir. Tak sampai disitu, PEPC juga memutuskan mengunakan tenaga inseptor berskala
worldwide. Penggunaan tenaga inspektor ini akan membuat pengawasan berjalan lebih efektif sebab inspektor dapat langsung mengawasi jalannya fabrikasi pada sejumlah pabrik yang tersebar di beberapa negara. Sementara itu, kontraktor Engineering, Procurement, and Construuctions (EPC) Gas Processing Fasicilites (GPF) JTB, PT Rekayasa Industri (Rekind) mengungkapkan koordinasi selama ini berjalan dengan lancar. Direktur Utama Rekind Yanuar Budinorman dalam kesempatan yang sama menjelaskan, koordinasi terus dilakukan demi menjaga kelangsungan proyek. "
Long lead item sudah dibeli, sedang diproses di fabrikasi, peralatan yang besar sudah ada di site. Kordinasi proyek ini sangat baik," ujar Yanuar. Yanuar menambahkan, dengan sejumlah upaya yang dilakukan, pihaknya optimistis target
onstream proyek JTB pada Juli 2021 dapat tercapai. Sekedar informasi, proyek JTB adalah salah satu dari empat proyek strategis nasional disektor migas yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi melalui Keppres No 56 Tahun 2018. Penyelesaian proyek JTB diklaim akan turut memberikan kontribusi yang signifikan bagi penambahan produksi migas nasional. Proyek JTB secara keseluruhan bernilai US$ 1,53 miliar. Adapun, SKK Migas menyoroti dua hal penting dalam pelaksanaan proyek JTB yakni aspek konstruksi dan delivery oleh vendor, khususnya yang bersifat long lead item dan dikerjakan di luar negeri seperti sulfuric acid unit di Kanada dan Acid gas incrinerator di India.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno ketika dikonfirmasi secara terpisah menuturkan, ada potensi keterlambatan proyek, kendati demikian pihaknya terus mengupayakan kordinasi dengan kontraktor dan subkontraktor. "Pertamina juga akan segera mengisi posisi-posisi kunci di Project Management Team (PMT) PEPC seperti posisi General Manager, Senior Project Manager, Expeditors dan Quantity Inspectors atau Surveyors," terang Julius kepada Kontan.co.id, Minggu (15/3).
Baca Juga: Corona merebak, Pertamina jamin pasokan BBM dan LPG di sejumlah wilayah aman Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat