Pinjaman € 40 juta untuk Holcim Indonesia masih wajar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berhasil memperoleh pinjaman sebesar € 40 juta atau setara dengan Rp 664 miliar dari pemegang saham mayoritas, yakni Holderfin BV anak usaha LafargeHolcim Ltd. Holderfin saat ini memegang 80,64% saham Holcim Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada transaksi afiliasi ini Holcim Indonesia akan membayar pinjaman dengan ketentuan 100% pinjaman akan dibayarkan saat jatuh tempo dua tahun setelah penarikan. Bunga yang dikenakan pada pinjaman ini sebesar 3,37% di atas Euribor (Euro Interbank Offered Rate).

Corporate Communication Holcim Indonesia, Diah Sasanawati menyebut tujuan dari pembiayaan yang diberikan oleh Holderfin adalah untuk meningkatkan posisi likuiditas perusahaan dalam jangka menengah maupun jangka panjang. “Pembiayaan ini juga memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari suku bunga yang lebih rendah dari pinjaman ini,” kata dia ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/1).


Menurut Diah pinjaman yang dikucurkan oleh perusahaan asal Belanda ini akan digunakan untuk tujuan operasional yang sedang berlangsung, pendanaan modal kerja, dan investasi belanja modal yang akan digunakan untuk meraup keuntungan tambahan di masa yang akan datang. Ia tidak memberikan rincian seberapa besar pembagian porsi dari dana pinjaman tersebut.

Lalu bagaimana dengan pengaruh transaksi afiliasi ini terhadap proses akuisisi oleh PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang ditargetkan akan selesai di akhir Januari 2019? Diah sendiri tidak memberikan jawaban secara spesifik, ia hanya menyebut transaksi afiliasi ini adalah suatu transaksi yang wajar merujuk pada penilaian Kantor Jasa Penilai Publik (“KJPP”) Jennywati, Kusnanto & Rekan (“JKR”) yang telah ditunjuk oleh sebagai penilai independen sesuai dengan surat penawaran dan telah diminta untuk memberikan pendapat atas kewajaran atas Transaksi.

Sementara itu, Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai transaksi afiliasi yang dilakukan oleh Holcim Indonesia tidak akan berpengaruh terhadap proses akuisisi karena jatuhnya adalah soft loan. 

“Tidak terlalu memberatkan karena bunganya juga rendah, selain itu untuk prospek Semen Indonesia kedepannya setelagh mengakuisisi Holcim Indonesia aka nada potensi kenaikan revenue dan efisiensi karena supply chain-nya, jadi margin cukup aman dan likuiditas terjaga,” kata dia.

Oleh karena itu ia menyarankan kepada investor untuk menjadikan saham SMGR sebagai investasi jangka panjang atau long term investment. Namun, ia tidak memberikan target harga khusus untuk saham emiten semen plat merah ini.

Lain halnya dengan Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan, ia menyebut masih ada kemungkinan masuknya pinjaman sebesar € 40 juta memberatkan kinerja keunangan Semen Indonesia pasca akuisisi Holcim Indonesia. “Kalau memberatkan lebih kepada meningkatnya rasio leverage SMCB yang pastinya meningkatkan rasio leverage SMGR saat konsolidasi,”

Lalu untuk prospek kedepannya, Alfred menilai baik SMGR maupun SMCB di tahun 2019 masih cukup berat karena adanya kelebihan suplai atau oversupply. “Jadi sulit untuk mengharapkan pertumbuhan yang bagus atau tinggi pada bottom line-nya,” Kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .