Pinjaman CDB cair, Wijaya Karya kebut pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) sebagai salah satu anggota Konsorsium Kontraktor Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (HSRCC) akan melakukan percepatan pelaksanaan konstruksi. Apalagi, China Development Bank (CDB) telah mencairkan kredit tahap pertama sebesar US$ 170 juta atau setara dengan Rp 2,28 triliun pada Jumat (27/4/18).

Direktur Utama WIKA Tumiyana menyatakan, pencairan dana ini menunjukan komitmen CDB dalam membiayai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Menurut Tumiyana, "WIKA akan memanfaatkan dana tersebut dengan maksimal sehingga dapat menumbuhkan keyakinan stakeholders terhadap proyek pembangunan transportasi masa depan Indonesia," kata Tumiyana dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id.

Adapun lingkup pekerjaan WIKA dalam konsorsium adalah pekerjaan struktur, arsitektur, lanskap serta mekanikal dan elektrikal. Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menghubungkan empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar Bandung sepanjang 142,3 Km.


Selain bertindak sebagai kontraktor, WIKA turut berperan sebagai pemegang saham pada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 38%, sementara PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) sebesar 25%, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII 25%, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 12%. PSBI bersama Beijing Yawan HSR Co. Ltd masing-masing memiliki 60% dan 40% saham di PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Kinerja Wijaya Karya di kuartal I-2018 mengkilap.  Berdasarkan laporan keuangan, WIKA berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp 6,26 triliun. Torehan tersebut mampu berkontribusi pada laba bersih Perseroan yang mencapai Rp 171,22 miliar.

Terkait pencapaian laba tersebut, Direktur Keuangan WIKA, A.N.S. Kosasih menjelaskan bahwa di awal 2018, perusahaan ini banyak melaksanakan investasi di jalan tol dan kawasan Transit Oriented Development (TOD) atau properti yang terhubung dengan infrastruktur transportasi publik yang dibangun WIKA sehingga terkesan margin WIKA menurun.

"Ada beberapa investasi WIKA di beberapa jalan tol dan infrastruktur transportasi publik lainnya serta di beberapa kawasan TOD yang membuat margin WIKA seakan turun.

Selain itu ada pula investasi jalan tol yang sudah selesai seperti jalan tol Soreang - Pasir Koja yang sudah diresmikan Presiden yang saat ini telah  dioperasikan oleh WIKA dan tentunya belum melampaui payback period.", demikian Kosasih menjelaskan.

Namun demikian, WIKA dalam posisi keuangan yang sangat sehat dan kondisi permodalan yang sangat kuat. Kami sangat optimis bahwa di tahun 2018 ini kami bisa melampaui banyak rekor kinerja yang telah dicapai sebelumnya.

Kas dan setara kas yang dimiliki WIKA mencapai Rp 10,25 triliun atau meningkat 28,10% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total utang berbunga (interest bearing debt)sebesar Rp 12,25 triliun dan ekuitas sebesar Rp 14,73 triliun. Hal ini menunjukan rasio utang berbunga terhadap ekuitas dan net gearing ratio masing-masing hanya sebesar 0,83 kali dan 0,14 kali.

Direktur Utama WIKA Tumiyana meyakini bahwa performa WIKA akan semakin meningkat sejalan dengan semakin bertumbuhnya raihan kontrak baru Perseroan hingga pekan III April 2018. Capaian terbesar datang dari sektor infrastruktur dan gedung dengan raihan kontrak Rp 8,18 triliun disusul sektor industri dengan Rp 2,07 triliun. Sementara itu, raihan kontrak dari sektor energi dan industrial plant menyumbang Rp 814,40 miliar dan sektor properti sebesar Rp207,77 miliar.

"Raihan kontrak baru hingga pekan III April 2018 mencapai Rp 11,27 triliun atau hampir 20% dari target kontrak baru perseroan 2018. Kami yakin ini akan meningkat lebih cepat di kuartal-kuartal berikutnya," kata Tumiyana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat