Pionir fotografi Kodak terancam bangkrut



Perusahaan yang pernah menjadi pionir fotografi dunia, Eastman Kodak Co, kini berada di ujung tanduk. Sahamnya anjlok lantaran investor khawatir Kodak akan segera bangkrut.

Jumat lalu (30/9), saham Kodak langsung kehilangan separuh nilainya akibat kabar bahwa perusahaan akan mengajukan permohonan kebangkrutan. Kabar itu berembus setelah koran Wall Street Journal menuliskan Kodak telah menyewa konsultan hukum Jones Day. Pasalnya, Jones Day biasa menangani konsultasi kebangkrutan dan restrukturisasi perusahaan.

Kodak membenarkan berita koran itu, namun menampik dirinya akan mengajukan permohonan bangkrut. Menurut pernyataan perusahaan, Jones Day disewa untuk membantu membalikkan kondisi perusahaan yang sudah minus US$ 1,8 miliar sejak tahun 2007.


"Kodak berkomitmen untuk memenuhi semua kewajibannya dan tak berniat mengajukan permohonan kebangkrutan," ujar Kodak. Di awal pekan lalu, Kodak mengungkapkan perusahaan telah mencairkan utang senilai US$ 160 juta.

Karena itulah investor was-was kas Kodak mulai mengering akibat kesulitan menyesuaikan diri mengikuti tren foto digital. Meski perusahaan sudah mengeluarkan pernyataan untuk menenangkan investor, saham Kodak tetap anjlok 54%, ditutup pada harga 78 sen dollar AS per saham. Bahkan, saham Kodak sempat berhenti diperdagangkan di bursa New York karena menyentuh batas autorejection.

Ironis memang, Kodak yang sudah berbisnis fotografi selama 131 tahun harus menghadapi kenyataan pahit di era digital. Peralihan ke kamera digital dan persaingan yang makin ketat telah memangkas penjualan rol film yang dulu identik dengan perusahaan.

Untuk bertahan, Kodak terpaksa mencairkan sejumlah patennya. Juli lalu, Kodak menyewa bank investasi Lazard Ltd. untuk menjual 1.100 paten digital imaging miliknya. Sejak 2008, Kodak mengantongi hampir US$ 2 miliar dari pendapatan royalti dan lisensi.

Pertanyaannya, apakah semua itu dapat menahan perusahaan agar tidak tenggelam? Per 30 Juni lalu, Kodak memiliki dana kas sebanyak US$ 957 juta, merosot tajam dari US$ 1,6 miliar di awal tahun ini.

Editor: