PKPK berharap berkah dari harga batubara



JAKARTA. Melihat harga batubara menggeliat di tahun ini, PT Perdana Karya Perkasa Tbk mulai menyiapkan agenda ekspansi. Emiten berkode saham PKPK itu berniat mengakuisisi dua tambang batubara di wilayah Kalimantan Timur pada tahun ini.

"Sejak harga batubara jatuh di tahun 2009, biaya produksi kami justru lebih besar daripada hasil penjualan," ungkap Direktur Keuangan PKPK, Untung Haryono, kepada KONTAN, kemarin.

Pada Maret 2009, harga batubara sempat melorot ke US$ 67,3 per ton. Padahal, kala itu PKPK tengah merintis bisnis pertambangan batubara. Di saat yang sama, perusahaan masih berjuang melawan dampak krisis finansial yang pecah pada akhir 2008.


Harga rata-rata batubara selama dua bulan pertama di tahun ini senilai US$ 112,49 per ton. Bisnis batubara PKPK pada tahun lalu memang masih lesu. Di 2011, PKPK berharap bisa meraih pendapatan Rp 235 miliar dari sektor batubara. Tapi target ini kandas lantaran PKPK sulit memperoleh izin lahan pertambangan di Kalimantan.

Untung menyebutkan sejumlah kendala, antara lain kesulitan menyesuaikan perizinan usaha di bidang mineral dan batubara, juga izin perusahaan batubara kawasan kehutanan di wilayah Semoi, Kalimantan Timur. Ada pula masalah izin usaha batubara di kawasan kehutanan dan jalur pipa gas di Marang Kayu, Kalimantan Timur.

Tambang ditutup

Apesnya lagi, sejumlah tambang milik PKPK harus tutup lantaran merugi akibat jatuhnya harga batubara. Di tahun lalu, bisnis batubara hanya menyumbang Rp 17 miliar dari total pendapatan perusahaan. Hingga akhir 2011, hampir semua tambang PKPK tak beroperasi. Dari delapan area yang dikuasai, hanya tambang Dondang yang beroperasi.

Lima area lain ditutup serta dua area lagi belum beroperasi. Tambang-tambang itu meliputi area Bantuas, Teluk Dalam, Malinau, Kubar, Mrangkayu, Samarinda, dan Semoi.

Kini, harga batubara kembali meningkat dan relatif stabil. Pengelola PKPK pun tertarik untuk mengeduk lagi batubara. "Kami menjajaki akuisisi dua tambang potensial. Keduanya berlokasi di Kalimantan Timur dengan cadangan minimal 30 juta ton batubara dengan kalori 5.000-6.000. Mudah-mudahan bisa segera diakuisisi tahun ini,” ungkap Untung.

Untuk mendanai aksi korporasi ini, PKPK menyiapkan dua strategi. Pertama, menjual treasury stock maupun penawaran umum terbatas atau rights issue. Hingga kini PKPK memiliki treasury stock sebanyak 60 juta saham, yang dibeli tahun lalu di harga rata-rata Rp 428 per saham.

PKPK juga membuka peluang rights issue. Tapi Untung enggan memaparkan jadwal dan nilai rights issue PKPK. “Pelaksanaan rights issue masih tergantung dari hasil entitas yang akan diakuisisi. Kami belum bisa menentukan sekarang,” kata dia.

Selain opsi akuisisi, PKPK akan memaksimalkan produksi tambang Dondang dengan target 360.000 ton, atau melonjak 248% dari tahun lalu sebanyak 103.280 ton. Area ini diharapkan memberikan kontribusi pendapatan Rp 86,4 miliar dari total target pendapatan tahun ini Rp 522 miliar.

Meski optimistis dengan bisnis pertambangan batubara, PKPK tetap mengandalkan pendapatan usaha dari sektor konstruksi migas. Manajemen menargetkan sektor ini menyumbang 72,53% pendapatan atau sebesar Rp 379 miliar. Di tahun lalu, PKPK mengantongi kontrak konstruksi migas dari sejumlah perusahaan, seperti Vico Indonesia, Salamander Energy, Total E&P Indonesia, dan Santos Energy.

PKPK kini telah mendapatkan kontrak baru senilai Rp 190 miliar dari Vico Indonesia. Ini adalah proyek konstruksi jasa penunjang migas, yakni penyambungan pipa dari sumur ke kompresor.

Secara total, PKPK menargetkan pendapatan tahun ini Rp 419,23 miliar. Jumlah ini naik 37% dari pendapatan 2011 senilai Rp 306 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri