PKPK Terbitkan Saham Baru Rp 6,5 Triliun



JAKARTA. PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) akan menawarkan saham baru sebanyak 26 miliar saham. Manajemen PKPK menargetkan meraup dana dari hasil penawaran umum terbatas (PUT) I sebanyak Rp 6,5 triliun.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, emiten ini menyatakan harga pelaksanaan Rp 250 per saham. Rabu (26/12), harga saham PKPK masih di Rp 215 per saham. Artinya, harga PUT saham PKPK jauh lebih mahal 14% dari harga pasar.

Rasio pengambilan saham hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) adalah 5:241. Jadi, setiap pemegang lima saham lama berhak menebus 241 saham baru pada harga pelaksanaannya.


Perdana Perkasa akan memakai 77,85% hasil rights issue atau Rp 5,06 triliun untuk mengakuisisi 100% RITS Ventures Ltd. dari tangan Ridgetop Holding Venture Ltd dari tangan RITS Ventures Limited. Pasalnya, RITS Ventures secara tidak langsung memiliki 66,5% saham PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWBMC).

Lalu, 17,72% atau Rp 1,15 triliun dana rights issue akan digunakan untuk memberi pinjaman kepada IWBMC. IWBMC akan memakai 14,77% atau Rp 960 miliar dari dana itu untuk membangun power plant di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Sementara sisa dana pinjaman pada IWBMC sebanyak Rp 192 miliar akan digunakan untuk modal kerja, yaitu mengoperasikan tambang.

Sementara sisa dana PUT I sebanyak Rp 288 miliar setara dengan 4,43% akan digunakan modal kerja PKPK.

Manajemen PKPK menjelaskan, pada PUT I kali ini yang bertindak sebagai pembeli siaga adalah Fundamental Resources Pte Ltd.

Saat ini 41% saham PKPK 41% dimiliki oleh masyarakat, 8% dipegang Henry Santek, 13% milik Fanny Listiawati, 28% milik Soerjadi Soedarsono, dan 10% milik PKPK.

Manajemen PKPK, Rabu (26/12), menjelaskan, IWBMC adalah perusahaan yang memiliki 90% kepemilikan atas konsesi lahan batubara di Kutai Barat, Kalimantan Timur, seluas 5 ha. Cadangan batubara perusahaan ini mencapai 447,79 juta ton. Adapun, kandungan kalori batubaranya 4.800 - 5.500 kkal.

Targetnya, produksi batubara IWBMC bisa mencapai 7,6 juta ton tahun depan. Sementara, di 2014, bisa mencapai 13,6 juta ton. Puncak produksi batubara akan terjadi di 2017 - 2020 yang bisa memproduksi 36 juta ton.

IWBMC memiliki kontrak penjualan batubara jangka panjang dengan beberapa pihak, seperti Asia Express Group Ltd, Hong Kong, PT Indako Energy Utama Ltd, Jakarta, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana