KONTAN.CO.ID - Walaupun Covid-19 bukan pandemi pertama yang pernah terjadi, flu Spanyol di awal abad lalu sempat merenggut seperempat populasi manusia saat itu, dampak pandemi kali ini tidak saja diluar perkiraan kita namun juga tidak dapat diterka. Secara saintifik, lembaga-lembaga kredibel seperti WHO, CDC dan juga sektor farmasi swasta sedang bekerja keras mencari vaksin atau obat yang bisa menangkal virus korona. Indonesia kali ini memiliki tantangan yang cukup besar untuk mengatasi dampak dari Covid-19. Tidak hanya dampak ekonomi saja yang jelas terlihat, namun dampak sosial dan lingkungan juga sudah mulai kita rasakan. Seperti langit Wuhan yang cerah pada masa-masa karantina total, langit Jakarta juga kembali biru belakangan ini. Di sisi lain, mereka yang bergantung pada kerja harian untuk mencari nafkah, seperti ojek
online dan pengemudi taksi, tidak lagi dapat mencapai target harian mereka.
Di segi kesehatan, gaya hidup kaum urban, terutama
bubble kota seperti Jakarta, berubah total. Semua menerapkan kerja dari rumah, menggunakan
hand sanitizer dan secara rutin mengecek suhu badan. Plastik sekali pakai, yang tadinya sempat menjadi musuh kaum urban nomor satu tapi bukan musuh mereka yang mencari nafkah di pasar tradisional, sekarang mulai dilirik ulang penggunaannya. Tidak heran, salah satu alasan kenapa plastik diciptakan adalah sifatnya yang multifungsi, mudah dipakai, dan higienis sebagai kemasan. Beberapa negara bagian di Amerika sudah mulai menunda pelarangan plastik sekali pakai untuk mengerem laju pandemi. Maine menunda sampai tahun depan, sementara New Hampshire mengeluarkan peraturan agar semua gerai ritel kembali menggunakan plastik sekali pakai untuk mencegah penyebaran virus. Namun perlu diketahui juga, menurut The New England Journal of Medicine, virus ini masih dapat bertahan hidup selama 72 jam pada permukaan baja dan plastik, dengan jumlahnya berkurang setiap jamnya. Walaupun begitu, resiko penularan virus dengan menggunakan plastik sekali pakai tetap dianggap jauh lebih kecil daripada kantong belanja guna ulang (
reusable). Berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan di Jurnal Food Protection Trends pada tahun 2011 oleh Universitas Arizona di Amerika, penggunaan kantong guna ulang berbahan kanvas berpotensi besar terkontaminasi bakteri E.Coli, Salmonella dan norovirus dalam penggunaannya. Studi ini juga menemukan bahwa tas atau kantong guna ulang ternyata menjadi pengantar mikroba dari rumah ke tempat umum saat dipakai.
Proses daur ulang Hampir semua alat medis seperti Alat Pelindung Diri (APD) dan masker adalah sekali pakai karena fungsinya yang dapat melindungi diri dari penyebaran virus. Bahkan, raksasa ritel kopi Starbucks awal Maret ini mulai menolak untuk menggunakan tumbler guna ulang yang dibawa oleh pelanggan karena alasan kurang higienis. Starbucks melakukan ini untuk pasar Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Dapat dimengerti, pandemi ini membuat semua menjadi hypervigilant karena di saat-saat seperti ini, kesehatan adalah nomor satu. Apabila warga menjaga kesehatan dengan baik, maka berkuranglah pekerjaan pemerintah. Rumah sakit tidak akan
over kapasitas dalam menangani pasien, dan jumlah korban Covid-19 dapat ditekan. Walaupun begitu, hal ini bukan berarti bahwa sampah dari plastik sekali pakai tidak perlu dikelola. Di masa-masa sulit ini dan dengan kebutuhan barang higienis sekali pakai yang melambung tinggi, sudah selayaknya seluruh pemangku kepentingan, termasuk industri, pemerintah, serta konsumen semakin serius lagi mengelola sampah plastik. Saat ini di Indonesia, sudah banyak inisiatif yang diambil oleh pelaku industri, pemerintah maupun masyarakat dalam mengelola sampah plastik. Inisiatif seperti ini harus kita dorong. Pemerintah pusat serta beberapa kota di Indonesia mengimplementasikan jalan aspal yang dicampur dengan sampah plastik, demi memperkuat kualitas aspal tersebut. Beberapa diantaranya, dilakukan bersama pihak swasta. Bank Sampah dan TPS3R (tempat pengelolaan sampah
reduce, reuse, recycle) merupakan program pemerintah yang diterapkan sejak lama untuk pengelolaan sampah. Botol air mineral kini ada yang terbuat seratus persen dari bahan daur ulang. Sebenarnya, industri daur ulang plastik di Indonesia sudah sejak dulu terus mendaur ulang sampah plastik, dan menyerap tenaga kerja dari sektor informal seperti pemulung. Berdasarkan data Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, ada ratusan unit usaha daur ulang di Indonesia, banyak diantaranya adalah unit usaha kecil dan menengah. Ikatan Pemulung Indonesia, yang beberapa waktu lalu sempat menyatakan keberatan akan pelarangan kantong sekali pakai, menaungi lebih dari empat juta pemulung yang bergantung pada rantai suplai kantong sampah plastik sekali pakai. Permasalahan kantong plastik sekali pakai ini pada dasarnya bukan terletak pada barangnya, namun pada pengumpulan dan pemilahan sampahnya. Angka konsumsi produk plastik di Indonesia pun sebenarnya masih jauh dibawah angka konsumsi di negara-negara ASEAN, apalagi negara maju lainnya seperti Amerika maupun negara-negara di Eropa. Pengelolaan sampah plastik ini bukan cuma tanggung jawab pemerintah saja, karena pemerintah pun sudah sejak dulu menyerukan pemilahan sampah di rumah agar sampah plastik dan sampah lainnya yang layak daur ulang dapat didaur ulang. Kini, ditengah pandemi dan ketidakpastian, prioritas kita harus jelas. Menjaga kesehatan dan kehigienisan tetap menjadi nomor satu. Namun, seluruh pihak perlu memperhatikan dengan seksama pemilahan, pengumpulan dan pengelolaan sampah plastik. Pemerintah sepuluh tahun lalu telah mengeluarkan UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, yang mencakup peraturan untuk memilah sampah di rumah. Peran Industri daur ulang plastik saat ini semakin penting lagi untuk mengelola sampah plastik bekas pakai.
Peran industri pengelolaan sampah semakin dibutuhkan untuk memastikan agar sampah rumah tangga tidak perlu sampai ke Tempat Pembuangan Akhir, namun dikelola di tempat kelola sementara, dan menyalurkan sampah plastik layak daur ulang ke tempat daur ulang. Terakhir, yang juga tidak kalah penting, konsumen berperan penting untuk memastikan sampah plastik dipilah, untuk didaur ulang. Penulis : Angelin Sumendap Kepala Bagian Media dan Publikasi Asosiasi Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti