KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Google, Temasek, dan Bain menyebut bahwa ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN pada 2022 yakni sebanyak US$ 77 miliar. Diperkirakan pada 2025 mendatang nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapao US$ 130 miliar atau setara Rp 2.037 triliun. Ketika dunia mengalami perlambatan ekonomi pada saat pandemi, ekonomi digital mampu menjadi katalisator perekonomian di mana pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi Indonesia masih bisa tumbuh dua digit. Perkembangan ekonomi digital yang pesat di Indonesia mendorong berkembangnya sektor informal termasuk pekerja
gig. Sektor informal terdorong dari meningkatkan aktivitas ekonomi digital khususnya dalam industri penjualan secara
online atau
ecommerce.
Transaksi
ecommerce Indonesia pada tahun 2022 mencapai Rp 476,3 triliun. Pelaku usaha kecil terdorong untuk menjual barang
via ecommerce. Kemudian, pekerja
gig lainnya juga terdorong dari perkembangan ekonomi digital. Pekerja transportasi
on-demand contohnya, mampu menghasilkan pendapatan yang cukup besar dengan platform atau aplikasi digital yang semakin berkembang.
Content creator, pengemudi transportasi
online, dan sebagainya mampu tumbuh karena ekonomi digital juga berkembang.
Baca Juga: Kemandirian Solusi TI, Kunci Utama Hadapi Tantangan Era Digital Pertumbuhan ini tentunya tidak terlepas dari kepemilikan gawai dan akses ke internet di Indonesia yang semakin masif. Pada tahun 2022, 67,88% penduduk Indonesia yang berusia 5 tahun ke atas sudah memiliki ponsel dan pengguna Internet baru telah mencapai 212 juta orang. "Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
entrepreneur dan
developer lokal untuk mengembangkan bisnis berbasis aplikasi," ujar Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda dalam siaran pers yang diterima Kontan, Sabtu (8/7). Sejalan dengan itu, Abhineet Kaul, Director Strategi Ekonomi dari Access Partnership, perusahaan konsultan independen khusus bidang kebijakan dan regulasi teknologi menyampaikan, dalam laporan yang berjudul ‘Mendorong Transformasi Ekonomi Digital di Indonesia’, Access Partnership menemukan bahwa melalui Platform Google Play lebih dari 10.000 developer lokal telah berhasil menciptakan 42.000 aplikasi yang melayani 150 juta lebih pengguna aktif Google Play di Indonesia, dengan aplikasi permainan, media sosial, dan aplikasi pendukung produktivitas sebagai jenis aplikasi yang paling banyak diunduh. Lebih lanjut, laporan ini mengungkap bahwa Platform Google Play juga berkontribusi positif terhadap terciptanya 162.000 lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia, dengan 36.000 kesempatan kerja baru dalam bentuk pekerjaan langsung, 36.000 kesempatan kerja tidak langsung, dan 90.000 kesempatan kerja turunan. "Di luar itu, aplikasi-aplikasi kreasi
developer nasional yang berada di ekosistem Google Play juga membuka kesempatan kerja baru kepada lebih dari 8 juta pekerja sektor lepas di Indonesia," jelas Abhineet Kaul. Melalui aplikasi kreasi
developer lokal, Google Play diperkirakan menyumbang Rp 1,5 triliun ke perekonomian digital Indonesia pada tahun 2022. Kontribusi tersebut dihitung berdasarkan omzet dari aplikasi-aplikasi kreasi
developer nasional pada tahun 2022 yang tersedia di Platform Google Play.
Baca Juga: Amartha dan Kominfo Dorong Literasi Digital UMKM Lewat Program UMKM Level Up Menanggapi laporan Access Partnership, Nailul Huda menilai bahwa Google Play menjadi salah satu katalisator utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, terlebih lagi ekonomi digital berbasis aplikasi, di mana Google Play memfasilitasi pertemuan antara suplai yang diberikan oleh
developer lokal, serta permintaan dari konsumen nasional. Selain itu, melalui fitur Google Play Billing, developer lokal dapat memonetisasi aplikasi ciptaan mereka, dan konsumen dapat melakukan pembayaran secara aman. "Hal ini tentunya menciptakan kondisi pasar yang berkelanjutan," imbuh dia. Nailul Huda juga berharap program pelatihan dan
mentorship bagi
developer lokal seperti Google Play Academy dan Google Play x Unity dapat diadakan secara lebih masif dan inklusif. Dengan demikian, visi pemerintah untuk meningkatkan sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan pada tahun 2045 dapat terealisasikan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi